KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ”MADRASAH
DAN PERTUMBUHAN DAN ILMU ILMU ISLAM” dengan
lancar. Dalam penulisan makalah ini saya tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terimakasih kepada Dr.JAMAL FAKHRI,M.A.g Selaku dosen pembimbing mata kuliah Kurikulum
Perkembangan Pendidikan Islam, dan semua pihak yang telah membantu selesainya
penyusunan makalah ini.
Saya sadar bahwa
sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu saya selaku
penyusun makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
banyak kesalahan, selanjutnya kritik dan saran dari para pembaca sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandar lampung oktober 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.PENDAHULUAN
Latar
belakang
Rumusan masalah
BAB II.PEMBAHASAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ilmu ilmu
islam di zaman modern ini sangat berbeda dgn zaman dahulu. Dan proses
pembelajarannya pun berbeda kalau zaman
dahulu preses pendidikan di adakan di rumah-rumah sahabat tertentu dan yang
paling terdeket dengan Darul AL Arqom. Namun ketika masyarakat islam
terbentuk maka proses pembelajaran agama
islam di selenggarakan di masjid yang di kenal dalam bentuk halaqoh.
Kebangkitan madrasah awal dari bentuk perkembangan islam secara formal.
Perkembanagan ilmu-ilmu islam dapat kita lihat dalam
berbagai priode dari daulah abasiyah, daulah fatimyah, daulah usmaniyah, dalam
abad ke-4 H atau 10 M . Pengaruhnya sampai pada abad abad kemudian tampak jeles perkembangan peradaban bangsa
bangsa di Negara barat seperti spanyol
prancis dan sebagainya di samping itu pula perjuangan muslim dalam berbagai
ilmu pengetahuan seperti filsafah,
kimia, astronomi, aljabar, kedokteran, dan arsitektur dalam sejarah peradaban
islam pada abad ersebut.
B. Rumusan Masalah
Madrasah adalah salah satu pendidikan Islam, dari latar belakang
masalah di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah kelahiran madrasah
di dunia Islam berikut pertumbuhan dan perkembangan madrasah?
2. Bagaimana madrasah pada awal
pertumbuhannya?
BAB I1
PEMBAHASA
A.PERTUMBUHAN ILMU ILMU ISLAM
pendidikan Islam tidak akan pernah ada
habisnya. Demikian, karena proses pendidikan Islam telah, sedang dan akan terus
berjalan mengikuti perkembangan zaman. Begitulah pendidikan Islam mempunyai
sejarah yang panjang. Dalam pengertian yang seluas-luasnya, pendidikan Islam
berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam sejarah
masyarakat Arab, di mana Islam lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan
Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transpormasi besar. Sebab
pada dasarnya masyarakat Arab pra Islam tidak mempunyai sistem pendidikan
formal. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan lebih bersifat informal,
dan ini pun lebih berkaitan dengan upaya dakwah islamiyah, penyebaran dan
penanaman dasar kepercayaan dan ibadah lain. [1][1]
Proses pembelajaran
agama Islam pada saat itu diselenggarakan di rumah-rumah sahabat tertentu dan
yang paling terkenal adalah Darul Arqam.[2][2]
Namun ketika masyarakat Islam telah terbentuk, maka proses pembelajaran agama
Islam diselenggarakan di masjid yang dikenal dengan bentuk halaqah. Kebangkitan
madrasah merupakan awal dari bentuk perkembangan Islam secara formal. [3][3]
Sepanjang sejarah
Islam, madrasah diabdikan terutama kepada al-uluum al-Islamiyah atau
biasa juga disebut al-uluum ad-diniyyah dengan penekanan khusus pada
bidang fiqih, tafsir dan hadits. Meskipun ilmu-ilmu ini juga memberikan ruang
gerak kepada akal untuk melakukan ijtihad, dalam pengertian bukan ijtihad yang
dilakukan dengan sebebas-bebasnya. Dengan demikian, ilmu-ilmu non agama (profan)
sejak awal perkembangan madrasah sudah dalam posisi yang marjinal.
namun dalam prakteknya supremasi lebih
diberikan kepada ilmu agama. Terlepas dari semua itu, jika dipandang
semata-mata dari sudut keagamaan dalam pengertian terbatas, supremasi dan
dominasi ilmu-ilmu keagamaan dalam batas tertentu agaknya mengandung implikasi
positif. Supremasi ini membuat transmisi syari'ah yang merupakan inti Islam,
dari generasi awal muslim kepada generasi berikutnya menjMeski Islam pada
dasarnya tidak membeda-bedakan nilai-nilai ilmu agama dan ilmu umadi
"lebih terjamin", walaupun supremasi tersebut tidak berlangsung
dengan cara yang lebih dinasmis.[4][4]
Karena itu tak heran ketika
Charles Michael Stanton tidak berhasil membuktikan
kaitan yang jelas antara lembaga penidikan tinggi Islam dengan kemajuan
berbagai cabang sains dalam peradaban Islam. Ini tidak aneh karena seluruh
madrasah yang pernah diteliti sepenuhnya bermuatan ilmu-ilmu agama. Hanya
terdapat beberapa madrasahsaja, khsususnya di Persia yang mengajarkan beberapa
bidang ilmu yang "diharamkan" pada madrasah-madrasah Sunni
B.SEJARAH PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN MADRASAH
a. Institusi Pendidikan Islam
Salah satu sistem yang memungkinkan peroses kependidikan
islam berlangsung secara konsisen dan berkesinambungan dalam angka mencapai
tujuannya adalah intitusi atau lembaga pendidikan islam. Dalam sejarah
pendidikan islam sejak nabi melaksanakan tugas agama secara aktif ,di kota
mekah telah didirikan lembaga di ,ana nabi memberikan pelajaran tentang agama
islam secara menyeluruh di rumah rumah dan dimasjid –masjid. Salah satu rumah
yang terkenal dijadikan tempat berlangsungya pendidikan islam ialah Dar
al-Arqam di mekah dan dimasjid yang terkenal dipergunakan untuk kegiatan
belajar dan mengajar ialah yang sekarang terkenalMasjid al–Haram di mekah dan
di masjid Annabawy di Madinah al-Munawwarah .Di dlam masjid inilah
berlangsungya peroses belajar mengajar berkelompok dalam
halaqah dengan masing masing gurunya yang terdiri dari para sahabat nabi .
Sejalan dengan semakin perkembangaya jumlah pemeluk islam dan juga keinginan
untuk memperoleh efektifitas belajar mengajar yang cukup memadai,berpikirlah
baru para sahabat dan tabiin tetang pendidikan yang berkelanjutan sampai
munculnya kerajaan islam di timur tengah dan sepanyol. Mereka mendirikan
berbagai model kelembagaan pendidikan islam yang lebih teratur dan terarah
dalam kegiatan belajar dan mengajar secara klasikal yang berbentuk madrasah.
Mula mula berdiri lembaga pendidikan yang bernama kuttab
salah satu lembaga pendidikan dasar yang di dalamnya di ajarkan cara membaca
dan menulis huruf Al Qu’an serta pengajaran ilmu agama serta ilmu al
Qur’an .
Orang yang pertama kali menulis belajar menulis dari penduduk mekah adalah
Sufyan bin Umayah dan Abu Qais bin abdul manaf bin sahrah bin Kilab, sedangkan
pengajaranya ialah Basyar bin abdul malik yang pernah belajar menulis di irak
.Dari mekalah inilah kegiatan belajar menulis dan membaca Al –quran menyebar
keseluruh penjuru jazirah Arab .Motivasi utama dari kegiatan belajar menulis
dan membaca Alquran bersumberkan dari wahyu perama yang diturunkan kepada
rosululloh yang tersebut dalam Surah Al ‘Alaq.
Dari kemampuan menulis dan membaca inilah umat islam memperoleh sarana
yang ampuh untuk belajar ilmu ilmu yang lain .Oleh karna itu , membaca dan
menulis dapat di pandang sebagai sumbernya ilmu pengetahauan manusia yang
semakin berkembang .
Perkembangan ilmu pengetahuan islam dapat kita sajikan dalam berbagai periode
dari daulah Umayyah , daulah abbasiyyah ,daulah fathimiyyah , dan Daulah
Ussmaniyyah pada abad abad ke-4 H atau 10 Masehi .Pengaruhnya sampai abad
abad kemudian tampak jelas dalam perkembangan peradaban bangsa bangsa di Negara
neara Barat seperti sepayol , perancis , dan sebagainya .Di samping itu dapat
pula dikenali para pujagaga muslim dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan
seperti flasafah ,kimia,astronomi ,aljabar ,kedokteran ,dan arsitektur dalam
sejarah kebudayaan islam pada abad abad tersebut di atas .
Bahkan
sarjana sejarah berkebangsaan inggris , Philip k. hitti dalam
tulisannya menunjukan wakta tentang kemajuan umat islam pada abad pertengahan
dengan menyatakan “Yang tercipta oleh bangsa Arab bukan hanya suatu
kerajaan ,melainkan juga suatu kebudayaan .Merekaadalah ahli waris dari
kebudayaan lama yang berkembang di tepi sungai Tigris dan Eurat
serta di lembah sungai Nil dan pesisir timur laut tengah . kemudian sifat sifat
utama dari kebudayaan yunani –romawi juga di pelajari dan di kembangkan . oleh
karena itu, merekalah yang memberikan bayak pengaruh kebudayaan ini ke Benua
eropa pada abad pertengahan , sehingga Eropa terbangun dari tidurya dan
berkembanglah renaissance modern.
Dalam permulaan abad pertengahan itu tidak ada suatu bangsa pun yang besar
subangannya bagi proses kemajuan manusia kecuali bangsa arab yang saat ini
sudah asyik mempelajari falasafah Arisoteles sementara Kare Agung (kaisar
nama l prancis saat itu)berserta pembesar pembesarnya masih asik belajar
menuliskan namanya. Para mahasiswa di cordova (Spanyol Islam ),sebuah kota yang
memiliki tujuh belas perpustakaan dan satu antaranya mempunyai lebih dari
100.000 buah buku ,gemar sekali mandi pemandian yang inda indah
,semantara itu pada saat yang sama mahasiswa mahasiswa Universitas
Oxford (inggris )
Kemajuan peradaban umat islam pada masa itu mrupakan hasil dari kemampuan
membaca dan menulis yang pertama tama di perintahkan oleh oleh
Alloh melalui wahyu kepada utusa Nya Muhammad saw.Kegiatan belajar
mengajar yang diawali dengan membaca dan menulis itu ,akhirnya mendorong umat
islam untuk belajar dalam bidang bidang ilmu pengetahuan di luar
ilmu agama, di samping karna kebutuhan hidup yang semakin berkembang, terutama
tentang ilmu alam, serta kemasyarakatan, dan falsafah .
Oleh karena itu sistem kuttab tidak mampu menampung aspirasi dari kebutuhan
belajar yang lebih luas dan dalam maka bentuklah system pendidikan
klasikal yang di kenal dengan madrasah atau sekolah. Madrasah yang pertama
ialah Madrasah an Nidhamiyah yang di dirikan oleh Nidham al-Mulki seorang
Menteri Sultan Malik Syah as Seljuqy pada tahun 460-475 Hdi
kota Baghdad dan Naesabur dengan mengunakan namaya. Imam al Gozalai
pernah menjadi guru madrasah tersebut di Baghdad kemudian di Naesabur ,pada
akhir abad ke -5m.
Kemudian disusul berdirinya madrasah – madrasah lainya seperti Madrasah
an-Nasiriyah ,Madrasah al –Qumhiyah dan as- saefi’ yah dari daulah
Ayyubijah .Pada akhirnya bermunjulan berbagai jenis madrasah tersebutr di timur
tengah seperti di Syiria,terkenal madrasah an-Nuriyah yang didirikan oleh
nuruddin Zangky. Di mesir dengan mandrasah al- Kamaliyah (didirikan oleh malik
al –kamil al-Ayyub ). Madrasah al dhahiriyah di mana fikih mazhab as –Sayfi’y
dan Hanafy di ajarkan .
Madrasah al Manshuriyah merupakan madrasah yang mengajarkan fikih dari keempat
mazhab, hadits, serta ilmu kedokteran. Masdrasah an Nashiriyah mengajarkan
keempat mazhab fikih begitu juga madrasah sultan hasan yang yang didirikan pada
tahun 758 M terkenal karena besarnya bangunan , arsitektur nya yang indah
serta bentuknya yang hebat yang tak ada tandinganya di seluruh dunia islam.
Madrasah ini didirikan pada zaman Kerajaan Malik di Mesir .
Pada setiap madrasah yang di dirikan itu selalu di lengkapai dengan
pepustakaan dengan beribu ribu jilid buku di dalamnya . system madrasah
(klasikal ), pendidikan islam berkembang pula dalam institusi kependidikan yang
disebut Zawiyah yaitu suatu tempat belajar di sudut masjid (menurut asal
usulnya ). Kemudian pengetian zawiyah ini mejadi meluas sehingga
akhirnya di kenal sebagai “tempat belajar yang terpisah dari bangunan
masjid “yang hampir menyamai fungsi madrasah, oleh karena zawiyah ini
tidak lagi di gunakan untuk melakukan itikaf , atau taabbud terutama bagi kaum
sufi atau tarikat,dan akhirnya menjadi tempat mengajarkan al-Qur’an dan agama
serta dasar-dasar ilmu pengetahuan umum. Fungsi Zawiyah hampir sama
dengan fungsi madrasah, lembaga ini berkembang pada abad ke-8 H di Negara
Negara Maghribi (Afrika Utara).
Institusi kependidikan islam
berkembang dalam bentuk formal (madrasah) semua jenjang sampai dengan
Universitas (al-Jamiyah) dan bentuk nonformal (masjelis taklim,
pesantren) Dan pendidikan individual (langsung dengan guru, ulama).
Pada mana yang paling awal, pendidikan Islam bersifat sangat
sederhana dan baru dilaksanakan secara informal di rumah-rumah, kuttab dan
masjid. Pada perkembangan selanjutnya, setelah masyarakat Muslim mulai
terbentuk, pendidikan diselenggarakan dalam bentuk formal, sehingga pendidikan
Islam kemudian menjadi salah satu pilar dari peradaban Islam. Dalam hal ini,
pendidikan Islam bentuk formal ditandai oleh munculnya madrasah sebagai lembaga
pendidikan dan sekaligus sebagai jalur pendidikan. Di dalam madrasah
berlangsung proses komunikasi pedagogis antara pendidik -peserta didik, yang
darinya diharapkan mengarah kepada tercapainya tujuan instruksional. Dapat
dikatakan bahwa secara historis kelahiran madrasah menjadi lambang kebangkitan
dari sistem pendidikan Islam.
Dengan menggunakan pendekatan sosio-historis, di dalam
tulisan ini akan ditelusuri kelahiran madrasah dalam perkembangan pendidikan
Islam. Objek kajian ini utamanya terfokus pada madrasah Nizamiyyah di Baghdad.
Pasalnya, madrasah tersebut adalah salah satu di antara madrasah-madrasah yang
diperdebatkan oleh pemerhati sejarah pendidikan Islam.
C. Madrasah
Madrasah adalah satu jenis yang lain dari lembaga pendidikan
tinggi, dan ia mulai muncul pada akhir abad ke IV Hijriyah.
Berkembangnya madrasah-madrasah dalam waktu yang cepat itu
merupakan satu manifestasi yang bertujuan untuk melawan golongan Syi’ah yang
telah kuat dan berkembang di seluruh pelosok dunia Islam pada abad ke IV
Hijriyah. Gerakan Syi’ah ini bukan saja merupakan gerakan politik yang
dikembangkan oleh pengikut-pengikut Ali untuk mengendalikan pemerintahan, akan
tetapi dalam waktu yang sama ia juga merupakan satu gerakan ilmu pengetahuan
yang sejalan dengan falsafah pendapat-pendapat golongan mystik yang beraliran
extrem. Gerakan ini telah mendapat tentantan yang hebat dari penganut mazhab
ahlus-Sunnah. Munculnya orang-orang Sljuq pada abad ke XI Masehi yang merupakan
golongan pendukung mazhab ahlussunnah yang fanatik terhadap kepercayaan agama,
dan jatuhnya sebagian besar dari kerajaan Islam dalam tangan mereka, dan sikap
mereka yang sangat setia kepada khilafah, kesemuanya ini merupakan
faktor-faktor yang utama yang dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah dan
melemahkan pengaruh dan kedudukan golongan Syi'ah. Munculnya madrasah-madrasah
yang banyak dalam abad ini telah merupakan satu alat untuk menyatakan satu
sikap baru dalam berpikir dan untuk melahirkan gelora semangat keagamaan yang
meluap-luap pada masa ini, sehingga terjadinya perang salib di antara umat
Islam dan Kristen. Madrasah-madrasah tersebut tersebar hampir di- seluruh
dunia Islam untuk memperkuat mazhab ahlussunnah dengan cara memberi perhatian
yang besar terhadap mempelajari ilmu fiqh yang terdapat di dalam empat buah
mazhab.[2]
Adapun di Mesir, madrasah-madrasah barn didirikan sesudah
lii!angnya kerajaan Fatimiyah dan sesudah berdirinya kerajaan Ayyubiyah. Pada
masa kerajaan Ayyubiyah inilah didirikan madrasah-madrasah sehingga ia tersebar
sangat lugs. Penebaran madrasah-madrasah ini tetap berjalan terus pada masa
Al-Mamalik, demikian pula di Syria madrasah-madrasah banyak didirikan pada masa
ini.
Biasanya sebuah madrasah dibangun untuk salah seotang ahli
fiqh yang termasyhur dalam salali satu mazhab yang empat. Umpamanya Nuruddin
Mahmud bin Zanki telah mendirikan di Damaskus dan Halab beberapa Madrasah untuk
mazhab lianal-i dan Syafi'i, dan telah dibangun pula sebuah madrasah untuk
kedua mazhab ini di kota Mesir.
Madrasah itu tidak berbeda dari Mesjid atau Jami', baik dari
segi bangunan, tugas, maupun tujuannya. Hanya madrasah itu lebih lengkap
persiapannya untuk study dan untuk tempat tinggal bagi pelajar-pelajar yang
belajar secara ful timer. Madrasahpun telah digunakan pula untuk melaksanakan
tujuan-tujuan masjid, seperti digunakan untuk melakukan shalat sebagaimana
dilakukan di Masjid-masjid, kemudian madrasah itu juga digunakan sebagai
pengadilan. Namun demikian madrasah itu mempunyai tugas pokok yang tersendiri,
yaitu untuk mengajar fiqh yang sejalan dengan satu atau lebih dari mazhab
ahlussunnah yang empat itu, dengan cara menarik para pelajar-pelajar untuk
menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar, dan memberikan gaji tetap
bagi para guru, sehingga mereka tidak usah mencari pekerjaan lain untuk mencari
penghidupan mereka.
Walaupun tadi telah dikatakan bahwa tugas pokok bagi
madrasah-madrasah adalah untuk mengajar ilmu fiqh semata-mata, akan tetapi ada
juga sebagian madrasah yang memberi pelajaran kedokteran di samping ilmu fiqh.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk pendidikan
formal sudah dikenal sejak awal abad ke- 11 atau 12 M, atau abad ke- 5-6 H,
yaitu sejak dikenal adanya Mdrasah Nidzamiyah yang didirikan di Baghdad oleh
Nizam Al- Mulk, seorang wazir dari Dinasti Saljuk. Pendirian Madrasah ini telah
memperkaya khasanah lembaga pendidikan di lingkungan masyarakat islam, karena
pada masa sebelumnya masyarakat islam hanya mengenal pendidikan trdisional yang
di selenggarakan di Masjid-Masjid dan dar al-khuttab. Di Timur tengah
institusi madrasah berkembang untuk menyelenggarakan pendidikan keislaman
tingkat lanjut (advance/tinggi), yaitu melayani mereka yang masih haus
ilmu sesudah sekian lama menimbanya dengan belajar di masjid-masjid. Dengan demikian,
pertumbuhan madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah dari
dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat islam itu sendiri.
Di Indonesia, keadaannya tidak demikian. Madrasah merupakan
fenomena moderen yang muncul pada awal abad ke-20. Berbeda dengan di Timur
Tengah di mana madrasah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran
ilmu agama tingkat lanjut, sebutan madrasah di Indonesia mengacu kepada lembaga
pendidikan yang memberikan pelajaran agama islam tingkat rendah dan menengah.
Perkembangannya diperkirakan merupakan reaksi terhadap faktor-faktor yang
berkembang dari luar lembaga pendidikan yang secara tradisional sudah ada,
terutama munculnya pendidikan modern Barat. Dengan kata lain, tumbuhnya
madrasah di Indonesia adalah hasil tarik menarik antara pesantren sebagai
lembaga pendidikan asli (tradisional) yang sudah ada di satu sisi, dengan
pendidikan Barat (modern) di sisi lain.
Apabila ditelusuri masuknya agama islam di Indonesia, maka
agama islam datang ke indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat,
disiarkan secara damai tanpa paksaan, dalam penyiaran islam pada tahun-tahun
pemulaan dilakukan oleh pemuka masyarakat yang dikenal dengan sebutan para
wali. Para wali inilah yang berjasa mengembangkan agama islam, terutama di
Pulau Jawa, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo.
Para wali menyiarkan agama islam dengan cara bijaksana,
kebiasaan yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat sepenuhnya tidak
dihilangkan, bahkan adat istiadat dan kebiasaan dilindungi dan dikembangkan,
disesuaikan dan diisi dengan ajaran agama islam. Karena itu maka tidak heran
apabila sampai sekarang kita masih melihat adanya adat istiadat nenek moyang
yang masih melekat pada umat islam. Orang-orang yang kemudian masuk islam ingin
mempelajari dan mengetahui lebih lanjut tentang ajaran islam, orang ingin bisa
mengerjakan shalat, bisa membaca Al Qur’an dan berdo’a. Dari sinilah mulai
tumbuh pendidikan agama islam, pada mulanya mereka belajar dari rumah-rumah, di
Langgar, di Masjid, dan kemudian berkembang menjadi Pondok Pesantren.
Dalam perkembangan selanjutnya lembaga pesantren ini
mendapatkan perhatian para sultan, sesuai dengan kedudukan tinggi para wali di
mata sultan, tidak sedikit pesantren yang mendapatkan perhatian dan bantuan dari
sultan. Contohnya nama Tegalsari yang merupakan hadiah dari sultan kepada kyai
atas jasa-jasanya. Pondok Pesantren Tegalsari sampai aad ke-19 merupakan Pndok
terkemuka di Jawa, bahkan santrinya banyak yang berasal dari Sumatra,
Kalimantan, dan dari luar Pulau lainnya.
.
D. Pertumbuhan dan Perkembangan
Madrasah
a.
Dilema Kelembagaan dan Pendidikan
Madrasah
Salah satu hal yang penting dan perlu disimak dalam sejarah
perkembangan penyelenggaraan sekolah-sekolah agama ialah lahirnya Keppres No.
34 tahun 1974 tantang tanggungjawab fungsional pendidikan dan latihan serta
Inpres No. 15 tahun 1974 tentang pelaksanaan Keppres
Dalam realitas pendidikan Islam di tanah air, saat dibicarakan tentanglembaga
pendidikan Islam, selain pesantren, maka yang segera terbayang di benak kita
adalah madrasah. Institusi pendidikan ini lahir pada awal abad XXM., yang dapat
dianggap sebagai periode pertumbuhan madrasah dalam sejarah pendidikan Islam di
Indonesia. Memasuki abad XXM., banyak orang Islam Indonesia mulai menyadari
bahwa mereka tidak akan mungkin berkompetisi dengan kekuatan-kekuatan yang
menantang dari pihak kolonialisme Belanda, penetrasi Kristen, dan perjuangan
untuk maju di bagian-bagian lain di Asia, apabila mereka terus melanjutkan
kegiatan dengan cara-cara tradisionaldalam menggerakan Islam
Munculnya kesadaran
“kritis” di kalangan umat Islam Indonesia tersebisadilepaskan dari kiprah kaum
terdidik lulusan pendidikan Mesir atau Timur Tengah yang telah banyak menyerap
semangat pembaruan (modernisme) di sana. Sekembalinya ke tanah air, mereka
melakukan pengembangan institusi pendidikan baru yang lazim disebut madrasah
dengan menerapkan metode dan kurikulum yang juga baru. Dari sini, tidak
mengherankan bila kemudian terjadi beberapa perubahan mendasar dalam dinamika
Islam Indonesia yang setidaknya didorong oleh empat faktor penting, yaitu:
1.
Diberbagai tempat di dunia Islam
muncul kecenderungan kuat untuk kembali ke Al-Qur’an dan Hadist nabi yang
dijadikan titik tolak menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada.
2.
Gejolak dan sifat perlawanan
nasional terhadap penguasa kolonial Belanda.
3.
Usaha yang kuat dari umat Islam
untuk memperkokoh organisasinya di bidang sosial ekonomi, demi kepentingan
mereka sendiri maupun untuk kepentingan rakyat banyak.
itu,
apabila dilihat dari sudut pandang pendidikan modern Barat kolonial, kehadiran
madrasah mengandung dimensi “akulturatif” karena ia merupakan manifestasi dan
realisasi pembaruan sistem pendidikan Islam yang diinginkan oleh sebagian umat
Islam yang tengah menganggap 4.
Pemburuan pendidikan Islam yang
disebabkan karena munculnya ketidakpuasan terhadap pola tradisional.
pembaharuan
Islam yang telah ada. Berdirinya madrasah adalah bagian dari kesadaran umat
Islam Indonesia untuk membangun kekuatan melawan kolonialisme Belanda,
penetrasi Kristen serta keinginan untuk maju sejajar dengan bangsa-bangsa lain
di Asia
4. Madrasah pada Awal Masa Kemerdekaan
Di awal kemerdekaan, tidak dengan sendirinya Madrasah
dimasukan kedalam sistem pendidikan nasional. Madrasah memang terus hidup
tetapi tidak memperoleh bantuan sepenuhnya dari pemerintah.madrasah dan dunia
pendidikan islam pada umumnya dibiarkan hidup meskipun dalam keadaan yang
sangat sederhana dan hidup apa adanya. Perhatian peerintah pada saat itu
hanyalah sebatas dorongan moral seperti pada :
Madrasah-madrasah itu semuanya adalah hasil usaha partikelir yang, yang
mendapat pengawasan dari Departemen Agama. Madrasah-madrasah yang sudah
mendapat pengakuan dari Departemen Agama menerima bantuan dari Departemen itu:
dengan hitungan tiap-tiap murid pada madrasah-madrasah milik perseorangan
menerima Rp. 10,- tiap tahun, sedangakan madrasah milik organisasi menerima
untuk tiap-tiap murid Rp. 30,- tiap tahun (Sejak tahun 1966 bantuan berupa uang
dari Departemen Agama ditiadakan).
.
.
5. Madrasah Dewasa In
Belakangan ini banyak
sekali kritik yang dilontarkan oleh para pakar terhadap sistem dan model
pendidikan kita. Di antara kritik tersebut dinyatakan oleh Profesor H. A. R
Tilaar bahwa pendidikan tak mampu lagi menanamkan persatuan bangsa. Pola
indroktinasi ideologi ternyata tidak berhasil karena terdapat kesenjangan
antara nilai-nilai yang diinginkan dengan praktek kehidupan nilai yang
diberikan para pemimpin. Contohnya, pemerintah dan pemimpin yang korup tidak
bisa mengharapkan rakyat melaksanakan nilai-nilai yang baik. Padahal, kata
Tilaar, pendidi
kan
membutuhkan keteladanan.
Diperlukan suatu peninjauan kembali mengenai posisi madrasah
di dalam dinamika kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Denagn kata lain,
madrasah perlu merumuskan kembali posisinya atau reposisi madrasah. Apabial
tidak demikian maka madrasah akan kehilangan identitasnya dan menjadi seperti
sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini. Hal demikian apakah
masih mempunyai dasar untuk kelanjutan hidup madrasah?
Telah kita lihat tuntutan masyarakat Indonesia baru, antara lain demokratisasi
pendidikan yang memupuk lahirnya tingkah laku peserta didik yang demokratis,
hubungan yang demokratis antara guru dan peserta didik demi perkembangan
berpikir yang kreatif, pendidikan agama yang membentuk nilai-nilai moral serta
memperkuat iman dan taqwa, menguasai iptek, serta memupuk kerjasama dalam
persaingan sebagaimana yang dituntut oleh masyarakat global.[15]
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang dan berkembang seiring dengan
laju peradaban islam, kedatangan Islam mengantarkan transformasi yang sangat berarti
bagi masyarakat arab. Sebelum kedatangan Islam masyarakat arab belum memiliki
model pendidikan formal yang sistematis. Mereka hidup dalam suatau tatatanan
yang disebut dengan Jahiliyyah. Suatu polemik yang selalu muncul diantara
pemerhati sejarah pendidikan islam adalamengenai madrasah yang pertama kali
muncul dalam pendidikan
islam.
Pada awal kemerdekaan
tidak dengan sendirinya Madrasah di masukkan kedalam system pendidikan
Nasional. Madrasah memang terus hidup tetapi tidak memperoleh bantuan
sepenuhnya dari pemerintah. Madrasah dan dunia pendidikan islam pada umumnya
dibiarkan hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan hidup apa
adanya.
Memasuki abad ke-21, bangsa Indonesia di hadapkan pada perubahan global yang
menuntut adanya system keterbukaan politik, ekonomi, dan budaya. Perubahan yang
terjadi adanya peraturan ini pada gilirannya akan mempengaruhi tata nilai
kehidupan. Lembaga pendidikan diharapkan dapat berperan besar dalam mengatur
irama tersebut. Kedudukan yang sentral dan direncanakan secara sistematik,
lembaga pendidikan diharapkan dapat menjadi perisai bagi perkembangan budaya
serta menjadi motor untuk mempercepat perubahan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.
H. Saefullah. SA. MA, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2010, Sejarah dan
kebudayaan Islam
di
Asia Tenggara.Dr. Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
Bulan Bintang, Jkt, 1979.
Dr.
Hasan Basri, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam( Jilid II), Pustaka Setia,
Bandung, 2010.
Madrasah
dan Pendidikan Anak Bangsa,
Abdul Rochaman Shaleh, Jakarta, Rajawali Press, 2004.
[1] Suyuthi
Pulungan, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogyakarta, 2001