BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pelaporan Hasil Analisis Tingkat Keterpahaman dan Ketuntasan
A. Pelaporan Hasil Analisis
Setiap usaha yang
dilakukan tidak lepas dari tujuan yang akan dicapai. Begitu pula pada analisis ini, tujuan yang ingin
dicapai adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa di sekolah tersebut dapat
menguasai materi yang telah dipelajari sehingga dapat menjawab soal-soal yang
diberikan, untuk mengetahui suatu kualitas soal yang disusun oleh penyusun
dengan jawaban yang telah disediakan, untuk mengetahui apakah soal yang dibuat
oleh penyusun layak untuk dipakai, atau mungkin dibuang untuk mengetahui sejauh
mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan suatu program ditentukan
oleh faktor guru, metode mangajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi. [1]
Sejumlah fakta untuk menjelaskan
karakteristik seseorang, analisis mencakup semua proses pembelajaran. Oleh
karena itu, kegiatan analisis tidak terbatas pada karakteristik peserta didik
saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas,
dan administrasi sekolah. Instrumen analisi untuk peserta didik dapat berupa
metode atau prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi tentang
peserta didik. Instrumen analisis dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar
pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Analisis juga diartikan
sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk
memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Analisis
dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi
kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kemampuan kognitif adalah
kemampuan berpikir yang menurut Taksonomi
Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif
(adaptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi
berkesinambungan (non-discursive communication). Kondisi afektif
peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, atau nilai-nilai. Kondisi ini
tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket,
inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik
berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, dan berkelanjutan berarti
pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus.[2]
Tabel berikut menyajikan berbagai
aspek yang dialisis. Tabel Aspek yang dianalisis dalam berbagai mata pelajaran.
Dalam setiap mata pelajaran,
adapun aspek yang dapat dianalisis yaitu:
1.
Agama dan budi pekerti, pendidikan agama, sikap, pengetahuan,
keterampilan.
2.
Kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan, kewarganegaraan,
sikap, pengetahuan, keterampilan.
3.
Ilmu pengetahuan
dan tenologi matematika, sikap, pengetahuan, keterampilan fisika, kimia, biologi
Sikap, pengetahuan, keterampilan ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi,
sikap, pengetahuan, keterampilan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bhs Asing
lain Sikap, Pengetahuan, Keterampilan, sikap.
4.
Estetika seni budaya,
sikap, pengetahuan, keterampilan.
5.
Jasmani,
olahraga, pengetahuan, keterampilan.[3]
B. Bentuk Bentuk Analisis
Bentuk tes yang
digunakan dalam analisis adalah pilihan
ganda dan benar salah yang dilakukan sebagai try out ujian semester. Materi
yang jadi bahan uji coba soal adalah mencakup semua materi semester 2 kelas XI
yaitu meliputi bab suku banyak, fungsi komposisi, limit dan turunan. Jumlah
soal yang diberikan adalah 20 pilihan ganda dan 10 soal benar salah dengan
bobot masing-masing benar mendapat nilai 1 dan salah mendapat nilai 0. Pembuatan soal berdasarkan silabus dan RPP
dari guru mata pelajaran matematika kelas XI. Tingkat kesukaran soal yang
dibuat bervariatif dan diharapkan berdistribusi normal pada kenyataan
dilapangan. Sebelum guru membuat soal uji coba, dibuat terlebih dahulu
kisi-kisi soalnya dengan tujuan soal yang dibuat sesuai denagn standard
kompetisi, kompetisi dasar, dan RPP yang dipakai di sekolah yang dilakukan uji
coba soal. Dalam pembuatan soal dan kisi-kisi soal selain berdasarkan pada
kurikulum dan RPP.
C. Tujuan Analisis
Analisis tes tersebut
mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif
dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi fungsi memperoses informasi,
pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang
berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan
dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif
menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang
diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus
siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga
mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam
keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai
produk inovasi pikirannya. [4]
Analisis data diatas menggunakan tes
tunggal biasa dengan menggunakan teknik belah dua dan teknik non belah dua.
Teknik belah dua dilakukan dengan membelah alat evaluasi menjadi dua bagian
yang sama, salah satu syaratnya adalah jumlah dalam test harus genap. Untuk menentukan
koefisien korelasi teknik belah dua ada 3 cara, yaitu : formula spearman-Brown,
formula Flanagan, dan Formula Rulon. Teknik non belah dua adalah salah satu
teknik untuk menghindari kesulitan teknik belah dalam membagi dua soalnya.
Dalam laporan ini yang
dilakukan adalah tes tunggal dengan menggunakan formula spearman-brown. Prinsip penggunaan formula spearman-brown adalah dengan cara menghitung koefisien korelasi
diantara kedua belah sebagai koefisien reliabilitas bagian dari alat evaluasi.
Konsep reliabilitas tes
tunggal formula spearman-Brown sama
dengan konsep validitas. Menghitungnya dengan rumus korelasi product moment dengan
angka kasar, yaitu: r =
angka yang dihasilkan menunjukan reliabilitas setengah tes. [5]
Ketuntasan belajar adalah
ketuntasan setiap siswa dalam menguasai seluruh materi pelajaran. Jika
siswa memiliki ketuntasann belajar yang tinggi, maka siswa tersebut
dianggap sudah menguasai materi yang telah diajarkan dan berhak untuk
melanjutkan ke materi berikutnya. Tapi jika siswa memiliki niai
ketuntasan yang kecil, maka siswa tersebut tidak berhak unruk menerima mater
selanjutnya, karena penambahan materi akan menyebaban sswa semakin tidak
menguasai materi. Anak akan terbebani dengan materi baru, sedangan matei yang
telah disampaikan pun belum sepenuhnya dikuasai. Jadi tindak lanjut yang tepat
oleh guru untuk siswa yang memiliki nilai ketuntasan yang kecil adalah
melakukan remedial. Dalam uji cob kali ini, pembuat soal menargetkan ketuntasan
belajarnya dalah 60 %. Di bawah ini
adalah rumus untuk mencari ketuntasan belajar setiap siwa:
Ketuntasan Belajar = KB
= x 100 %.
Menurut Woodwort ada
dua jenis pedoman yang bisa digunakan untuk menentukan nilai setelah analisis
(mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi, yaitu:
Dengan cara
membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan suatu standar yang
sifatnya mutlak atau disebut Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan cara
membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan skor yang diperoleh
siswa lainnya dalam kelompok tes tersebut atau disebut Penilaian Acuan Normatif
(PAN). Sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP). Keunggulan PAP antara lain adalah
kualitas hasil belajar dapat terkontrol, karena nilai yang diperoleh bisa
mencerminkan tingkat penguasaan siswa, tetapi kondisi siswa peserta tes tidak
diperhatikan baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan kelemahan system
PAP bahwa pada hakekatnya setiap penilaian itu bersifat relative, artinya acuan
mutlak itu tidak sama. Dalam
analisis tersebut, dapat hanya
menggunakan rangking sederhana. Karena mata pelajarannya hanya satu. Adapun
lalangkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Urutkan nilai-nilai tersebut dari yang tertinggi ke
yang terkecil.
b. Beri nomor urut sesuai dengan urutan pada bagian
nilai yang sudah diurutkan.
c. Untuk nomor urut yang menyatakan satu nilai
tersebut diatas, nomor urut tersebut adalah nomor peringkat siswa yang
bersangkutan.
d.
Untuk dua nomor urut atau tiga dan seterusnya yang
menyatakan nilai sama adalah dengan cara rata-rata dari nomor urut yang sama.
D. Pemanfaatan
Data Hasil Evaluasi
Manfaat data penilaian hasil belajar formatif
adalah di samping menggambarkan penguasaan tujuan instruksional oleh para
siswa, juga memberi petunjuk kepada guru tentang keberhasilan dirinya dalam
mengajar. Oleh sebab itu data ini sangat bermanfaat bagi guru dalam upaya
memperbaiki tindakan mengajar selanjutnya. Pertanyaan yang salah dijawab oleh
kebanyakan siswa menunjukkan tujuan instruksional khusus yang yang belum
dicapai oleh pengajaran tersebut. Apabila siswa menjawab salah itu merupakan
hal yang lumprah tetapi jika yang menjawab salah itu dari siswa yang
pandai berarti ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam proses belajar mengajar.
Manfaat data
penilaian hasil belajar sumatif untuk mengukur tingkat penguasaan hasil belajar
para siswa. Bahan pertanyaan bersumber dari GBPP untuk semester yang dituangkan
dalam pertanyaan tes yang pada umumnya dibuat dalam bentuk obyektif. Data hasil
penilaian sumatif dapat digunkan oleh guru untuk:
Membuat laporan hasil belajar
Menata kembali seluruh pokok bahasan dan
subpokok bahasan setelah melihat hasil tes sumatif
Melakukan perbaikan dan penyempurnaan alat
penilaian tes sumatif
Merancang program belajar siswa pada semester
berikutnya.
E. Pentingnya Memanfaatkan Hasil Evaluasi
Salah satu
manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik (feed-back)
kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut QCA “feed-back is the mean by which teachers
enable children to close the gap in order to take learning forward and improve
children’s performance.” Umpan balik dapat dijadikan sebagai alat bantu
guru untuk membantu peserta didik agar kegiatan belajarnya menjadi lebih baik
dan meningkatkan kinerjanya. Umpan balik tersebut dapat dilakukan secara
langsung, tertulis atau demonstrasi. Dalam memberikan umpan balik, guru
hendaknya memperhatikan kualitas pekerjaan peserta didik dan tidak
membandingkannya dengan hasil pekerjaan peserta didik lain. Umpan balik
sifatnya memberikan saran dan perbaikan, sehingga peserta didik termotivasi
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar serta hasil
pekerjaannya.
Crooks menyimpulkan
agar umpan balik dapat bermanfaat untuk memotivasi peserta didik, maka harus
difokuskan pada:
Kualitas pekerjaan peserta didik dan bukan
membandingkannya dengan hasil peserta didik lain.
Cara-cara yang spesifik sehingga pekerjaan
peserta didik dapat ditingkatkan.
Peningkatan pekerjaan peserta didik yang harus
dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya.
Apa yang
dikemukakan Crooks lebih menekankan pada kualitas pekerjaan peserta didik
sebagai faktor utama dalam menentukan jenis umpan balik yang diberikan, bukan
membandingkan hasil pekerjaan peserta didik yang satu dengan lainnya, apalagi
membandingkan dengan pekerjaan peserta didik yang mayoritas jawabannya benar
atau sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sehubungan
dengan hal tersebut, Clarke menyarankan enam prinsip yang harus diperhatikan,
yaitu:
(a)Umpan balik
harus fokus pada tugas-tugas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan bukan membandingkan
dengan anak yang lain.
(b)Guru
menggunakan bahasa verbal dan non-verbal serta memberikan pesan yang baik pada
peserta didik tentang kemampuan yang mereka peroleh.
(c)Penilaian
setiap bagian pekerjaan dapat mengarah pada penurunan moril bagi peserta didik
yang mencapai prestasi rendah dan kepuasan bagi peserta didik yang mencapai
prestasi tinggi.
(d)Penghargaan
eksternal sama seperti grades.
(e)Perlu
memberikan umppan balik spesifik yang terfokus pada kesuksesan dan peningkatan
daripada mengoreksi.
(f) Peserta didik
perlu diberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka.
Selanjutnya,
Remmer mengemukakan, “ we discuss here the use of test results to
help students understand them selves better, explain pupil growth and
development to parents and assist the teacher in planning in struction.”
Pendapat Rammer ini menunjukkan, paling tidak ada tiga manfaat penting dari
hasil evalusi, yaitu:
1.
Untuk membantu pemahaman peserta didik yang
lebih baik.
2.
Untuk
menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua.
3.
Membantu guru
dalam membuat perencanaan pembelajaran
Berikut akan
dijelaskan beberapa manfaat hasil evaluasi dalam hubungannya dengan
pembelajaran.
Selanjutnya,
Remmer mengemukakan, “ we discuss here the use of test results to
help students understand them selves better, explain pupil growth and
development to parents and assist the teacher in planning in struction.”
Pendapat Rammer ini menunjukkan, paling tidak ada tiga manfaat penting dari
hasil evalusi, yaitu:
Untuk membantu
pemahaman peserta didik yang lebih baik.
Untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik kepada orang tua.
Membantu guru
dalam membuat perencanaan pembelajaran
Berikut akan
dijelaskan beberapa manfaat hasil evaluasi dalam hubungannya dengan
pembelajaran.
(1)
Untuk Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Perencanaan
merupakan bagian penting sekaligus menjadi pedoman dan panduan bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan pembalajaran. Hasil belajar akan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, di antaranya perencanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan
pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran, karena itu harus
disusun secara fleksibel dan membuka kemungkinan bagi guru sebagai pelaksana
dan pengelola pembelajaran.
(2) Untuk
Mengoptimalkan Proses Pembelajaran.
Optimalisasi
proses pembelajaran adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga
peserta didik mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. Tujuannya adalah
untuk memperbaiki aspek-aspek pembelajaran yang dianggap masih kurang optimal.
Cara mengoptimalkan proses pembelajaran adalah:
Evaluasi diri secara jujur dan teliti terhadap
semua aspek pembelajaran.
Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan
dan keberhasilan pembelajaran.
Secara umum,
dapat dikatakan bahwa pemanfaatan hasil evaluasi berkaitan erat dengan tujuan
menyelenggarakan evaluasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan Julian C. Stanley
“just what is to be done, of course, depends on the purpose of the program”.
Artinya pemanfaatan hasil evaluasi sangat bergantung pada tujuan evaluasi.
Misalnya, tujuan evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki kegiatan
pembelajaran. Perbaikan tersebut dilakukan atas dasar hasil monitoring kemajuan
belajar peserta didik.
Begitu juga
dengan evaluasi sumatif yang bertujuan untuk memberikan nilai sebagai dasar
menentukan kenaikan kelas atau kelulusan peserta didik dan pemberian sertifikat
bagi peserta didik yang telah menyelesaikan pelajaran dengan baik.
F. Manfaat Hasil Evaluasi.
Dalam
praktiknya, masih banyak guru yang tidak atau kurang memahami pemanfaatan hasil
evaluasi, sehingga hasil evaluasi formatif atau sumatif (misalnya) banyak
dimanfaatkan hanya untuk menentukan kenaikan kelas dan mengisi buku rapor.
Meskipun demikian, untuk melihat pemanfaatan hasil evaluasi ini secara
komprehensif, dapat ditinjau dari berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:
Bagi peserta didik, hasil evaluasi dapat
dimanfaatkan untuk:
a.Meningkatkan
minat dan motivasi belajar.
b.Membentuk
sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran.
c.Membantu
pemahaman peserta didik menjadi lebih baik.
d.Membantu peserta
didik dalam memilih metode belajar yang baik dan benar.
e.Mengetahui
kedudukan peserta didik dalam kelas.
Bagi guru, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan
untuk:
a.Promosi
peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan.
b.Mendiagnosis
peserta didik yang memiliki kelemahan atau kekurangan, baik secara perseorangan
maupun kelompok.
c.Menentukan
pengelompokan dan penempatan peserta didik berdasarkan prestasi masing-masing.
d.Feedback dalam
melakukan perbaikan terhadap sistem pembelajaran.
e.Menyusun laporan
kepada orang tua guna menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
f.Dijadikan
dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan pembelajaran.
g.Menentukan
perlu tidaknya pembelajaran remidial.
Bagi orang tua,
hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Mengetahui
kemajuan belajar peserta didik.
b.Membimbing
kegiatan belajar peserta didik di rumah.
c.Menentukan
tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan kemampuan anaknya.
d.Memperkirakan
kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut dalam bidang pekerjaannya.
Bagi
administrator sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Menentukan
penempatan peserta didik.
b.Menentukan
kenaikan kelas.
c.Pengelompokan
peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya fasilitas pendidikan yang
tersedia serta indikasi kemajuan peserta didik pada waktu mendatang.
Bagi kepala
sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Untuk menilai
kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.
b.Untuk
memikirkan upaya – upaya pembinaan para guru dan siswa berdasarkan pendapat,
gagasan, saran, aspirasi, dari berbagai pihak (guru, siswa, orang tua) yaitu
melengkapi sarana belajar.
c.Meningkatksn
profesionalitas tenaga guru, pelayan sekolah, perpustakaan sekolah, tata tertib
sekolah, disiplin kerja, pengawasan dll.
Bagi penelitian
pendidikan, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan sebagai data yang sangat
diperlukan oleh para peneliti pendidikan.
2.2 Pemanfaata hasil evaluasi untuk perbaikan pemblajaran
Latar Belakang
dalam melaksanakan tugasnya, pengawas melakukan pembinaan, penilaian teknik dan
administratif pendidikan terhadap sekolah, yang dilakukan melalui pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan. Artinya
pengawas melakukan penilaian kinerja institusional dan personal, baik kepada
sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah melalui data-data yang terkumpul
baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data yang
terkumpul melalui instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan suatu proses
penilaian. Penilaian adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan
informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk
pengambilan keputusan. Hasil penilaian harus memiliki validitas yang tinggi,
reliabel, fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu, komprehensif, objektif dan
mendidik.
Penilaian
memiliki validitas yang tinggi artinya hasil penilaian dapat ditafsirkan sesuai
dengan apa yang akan dinilai. Reliabel berarti hasil penilaian harus ajeg,
menggambarkan kinerja atau kemampuan yang sesungguhnya. Penilaian harus fokus pada
kinerja atau kompetensi tertentu dapat diartikan sebagai kesesuaian pencapaian
kinerja atau kompetensi dengan standar yang ditetapkan dan dicirikan oleh
pencapaian indikator-indikator yang terukur. Objektif berarti dalam memberi
penilaian harus adil, terencana dan berkelanjutan. Mendidik diartikan bahwa
penilaian digunakan untuk memperbaiki proses, baik proses peningkatan
manajemen, proses peningkatan pembelajaran untuk mencapai kualitas mana jemenatau
pembelajaran yang lebih tinggi .
Penilaian dapat dilakukan dengan teknik/cara penilaian kinerja (performance), penugasan (project), hasil kerja (product), tes (paper and pencil test), portofolio, penilaian sikap, wawancara, dan sebagainya.
Penilaian dapat dilakukan dengan teknik/cara penilaian kinerja (performance), penugasan (project), hasil kerja (product), tes (paper and pencil test), portofolio, penilaian sikap, wawancara, dan sebagainya.
Dalam kaitan
ini, pengawas dituntut untuk dapat melakukan analisis dan pengolahan data hasil
penilaian kinerja kepala sekolah, guru dan staf administratif. Pengolahan dan
analisis data penilaian ini dilakukan dengan metode dan teknik-teknik tertentu,
agar penilaian yang dilakukan menjadi lebih objektif, valid dan reliabel, serta
mampu memberikan solusi terhadap permasalahan pengembangan kualitas sekolah.
A.
CARA PEROLEHAN
DATA
Data merupakan
bentuk jamak dari datum adalah keterangan tentang suatu hal atau fenomena yang
dapat dihasilkan dari pengalaman, pengamatan atau eksperimen, atau kumpulan
dari suatu anggapan. Jadi data dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang
dianggap atau anggapan atau suatu faktayang digambarkan melaluiangka, symbol,
kode, dan lain-lain
.
Pada proses penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf administrasi sekolah, data diperoleh umumnya melalui empat macam teknik pengumpulan data, yaitu: wawancara (interview), tes, observasi dan life record.[6]
Pada proses penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf administrasi sekolah, data diperoleh umumnya melalui empat macam teknik pengumpulan data, yaitu: wawancara (interview), tes, observasi dan life record.[6]
1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan dasar dalam penilaian dan
merupakan sumber yang sangat luas. Ada beberapa kelebihan dari teknik wawancara
ini, antara lain:
a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial
sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau
non verbal individu bersama-sama.
b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun .
c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan dapat digunakan melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses,penilaian.
Tetapi wawancara dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik responden dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.
b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun .
c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan dapat digunakan melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses,penilaian.
Tetapi wawancara dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik responden dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.
2. Tes
Seperti hal nya
wawancara, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes
stimulus yang direspon responden lebih terstandardisasikan daripada wawancara.
Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang
mungkin muncul selama proses penilaian kinerja berlangsung. Respon yang
diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis
kuantitatif. Hal itu membantu pengawas untuk memahami responden. Skor yang
didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.
3. Observasi
Tujuan
observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan
responden. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai
tingkat validitas yang tertinggi dalam proses penilaian kinerja. Hal itu
berhubungan dengan kelebihan observasi antara:
a.
Observasi
dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari
permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis
respon, motivasi dan bias situasional.
b.
Relevansinya
terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak
dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan
bermain dimana masalah itu telah muncul
c.
c. Observasi
dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami
seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan
lebih bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda
pernah depresi?”
.
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.
. 4. Life record
Penilaian yang
dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah,
arsip pekerjaan, portofolio, buku harian, surat, album foto, catatan
kepolisian, penghargaan, rencana pembelajaran guru, daftar hadir, daftar nilai
siswa, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan
ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui
wawancara, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar
dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional.
Contohnya, pengawas ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan
responden. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih
memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya, ”Bagaimana
saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan
seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan, perilaku
atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa
selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan
tingkah laku, serta aktivitas yang terekam dari seorang responden selama
periode tertentu, life records memberikan suatu sarana bagi pengawas untuk
memahami responden dengan lebih baik. Dari beberapa
teknik pengumpulan data tersebut, dapat diperoleh data kualitatif maupun data
kuantitatif. Untuk data yang bersifat kuantitatif, tentu lebih mudah untuk
dilakukan analisis dengan teknik atau metoda yang lebih kuantitatif. Tetapi
untuk data yang bersifat kualitatif agar analisisnya lebih mudah dan lebih
objektif, diperlukan penilaian dengan bantuan rubrik
Heidi Goodrich
Andrad mendefinisikan rubric is a scoring tool that fists the criteria for a
piece of work, or what counts.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Analisis dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek
kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut Taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan psikomotor
melibatkan gerak adaptif (adaptive movement) atau gerak terlatih dan
keterampilan komunikasi berkesinambungan (non-discursive communication).
Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, atau
nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat
diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan
berkelanjutan
Dalam pengolahan hasil
evaluasi meliputi skor dan nilai, taraf serap dan peringkat. Skor adalah bobot
untuk setiap butir soal sedangkan nilai adalah hasil pengolahan skor dengan
menggunakan aturan dan criteria yang dapat diinterpretasikan. Menurut Woodwort
ada dua jenis pedoman yang bisa digunakan untuk menentukan nilai (mengubah skor
menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi, yaitu: Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan suatu
standar yang sifatnya mutlak atau disebut Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan
cara membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan skor yang diperoleh
siswa lainnya dalam kelompok tes tersebut atau disebut Penilaian Acuan Normatif
(PAN).
3.2. Saran
Setiap mata pelajaran seharusnya guru terlebih dahulu menganalisis dalam
proses pembelajaran. Karna agar para peserta didik dapat memahami dalam setiap
mata pelajaran itu dan mereka mendapatkan keterpahaman untuk menerima mata
pelajaran. Dalam setiap analisis sebaiknya diawali dengan menerapkan beberapa
tes kepada siswa agar ketuntasan dan keterpahaman siswa dapat tercapai dengan
baik. Dan penulis juga memohon maaf
apabila ada kesalahan baik dalam penyusunan, pengetikan, bahkan dari sajian
informasi kurang akurat, penulis mohon diberikan saran dan kritik yang sifatnya
membangun. Sehingga penulis dapat lebih baik dalam pembuatan makalah.
Daftar pustaka
Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, Pedoman Umum
Pengembangan Penilaian, Jakarta:
Hikmat Syahid Indah, 1989, hlm. 130
Nasution Harun, Analisis
pembelajaran, Bandung: Al-Ma’arif, 1984, hlm. 99
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm. 205
Creswell, J.W. (2008).Educational Research:
Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New
Jersey:Peason Prentice
Hasan,
Iqbal.(2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta:
PT.Bumi Aksara.
Freeman,
H.E., Leigh Burstein, P.H. Rossi. (1985).Collecting Evaluation Data.
Beverly Hills: Sage Publication.
House, E. R.
(1987). Assumptions Underlying Evaluation Models dalam Madaus.
Remmers H.H, gage W.L,
rummel JFA.1990, Pratical introduction on measurement and evaluation.
Harper and row NY
Sharbini Arikunto.2013.
Dasar Dasar Evaluasi pendidikan.jilid ll, Jakarta : Bumi Aksara
Kunandar.2013.Penilaian
Kuantitatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Anas Sudjiono.2012. Pengantar
Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Madaus, G. F. et al. (1987).
Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation.
Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
AUSTRALIA - JT Hub
BalasHapusIn 포항 출장마사지 March of 2019, the 의왕 출장샵 company opened a brand new 성남 출장샵 sportsbook in The Strip. Las 진주 출장안마 Vegas, Nevada-based Caesars Palace is owned by Caesars 거제 출장샵 Palace