Kamis, 02 Juni 2016

EVALUASI PENDIDIKAN


BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pelaporan Hasil Analisis Tingkat Keterpahaman dan Ketuntasan
 A. Pelaporan Hasil Analisis
Setiap usaha yang dilakukan tidak lepas dari tujuan yang akan dicapai. Begitu  pula pada analisis ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa di sekolah tersebut dapat menguasai materi yang telah dipelajari sehingga dapat menjawab soal-soal yang diberikan, untuk mengetahui suatu kualitas soal yang disusun oleh penyusun dengan jawaban yang telah disediakan, untuk mengetahui apakah soal yang dibuat oleh penyusun layak untuk dipakai, atau mungkin dibuang untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan suatu program ditentukan oleh faktor guru, metode mangajar, kurikulum, sarana dan sistem administrasi. [1]
            Sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik seseorang, analisis mencakup semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan analisis tidak terbatas pada karakteristik peserta didik saja, tetapi juga mencakup karakteristik metode mengajar, kurikulum, fasilitas, dan administrasi sekolah. Instrumen analisi untuk peserta didik dapat berupa metode atau prosedur formal atau informal untuk menghasilkan informasi tentang peserta didik. Instrumen analisis dapat berupa tes tertulis, tes lisan, lembar pengamatan, pedoman wawancara, tugas rumah, dan sebagainya. Analisis juga diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran atau kegiatan untuk memperoleh informasi tentang pencapaian kemajuan belajar peserta didik. Analisis dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut Taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi berkesinambungan (non-discursive communication). Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, atau nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan. Sistematik berarti pengamatan mengikuti suatu prosedur tertentu, dan berkelanjutan berarti pengukuran dan penilaian yang dilakukan secara terus menerus.[2]
            Tabel berikut menyajikan berbagai aspek yang dialisis. Tabel Aspek yang dianalisis dalam berbagai mata pelajaran.
Dalam setiap mata pelajaran, adapun aspek yang dapat dianalisis yaitu:
1.      Agama dan budi pekerti, pendidikan agama, sikap, pengetahuan, keterampilan.
2.      Kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan, kewarganegaraan, sikap, pengetahuan, keterampilan.
3.       Ilmu pengetahuan dan tenologi matematika, sikap, pengetahuan, keterampilan fisika, kimia, biologi Sikap, pengetahuan, keterampilan ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, sikap, pengetahuan, keterampilan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bhs Asing lain Sikap, Pengetahuan, Keterampilan, sikap.
4.       Estetika seni budaya, sikap, pengetahuan, keterampilan.
5.       Jasmani, olahraga, pengetahuan, keterampilan.[3]
B. Bentuk Bentuk Analisis
Bentuk tes yang digunakan dalam analisis  adalah pilihan ganda dan benar salah yang dilakukan sebagai try out ujian semester. Materi yang jadi bahan uji coba soal adalah mencakup semua materi semester 2 kelas XI yaitu meliputi bab suku banyak, fungsi komposisi, limit dan turunan. Jumlah soal yang diberikan adalah 20 pilihan ganda dan 10 soal benar salah dengan bobot masing-masing benar mendapat nilai 1 dan salah mendapat nilai 0.  Pembuatan soal berdasarkan silabus dan RPP dari guru mata pelajaran matematika kelas XI. Tingkat kesukaran soal yang dibuat bervariatif dan diharapkan berdistribusi normal pada kenyataan dilapangan. Sebelum guru membuat soal uji coba, dibuat terlebih dahulu kisi-kisi soalnya dengan tujuan soal yang dibuat sesuai denagn standard kompetisi, kompetisi dasar, dan RPP yang dipakai di sekolah yang dilakukan uji coba soal. Dalam pembuatan soal dan kisi-kisi soal selain berdasarkan pada kurikulum dan RPP.
C. Tujuan Analisis   
Analisis tes tersebut mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi fungsi memperoses informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah afektif meliputi fungsi yang berkaitan dengan sikap dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan fungsi manipulatif dan kemampuan fisik.
Ranah kognitif menggolongkan dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan. Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi pikirannya. [4]
 Analisis data diatas menggunakan  tes tunggal biasa dengan menggunakan teknik belah dua dan teknik non belah dua. Teknik belah dua dilakukan dengan membelah alat evaluasi menjadi dua bagian yang sama, salah satu syaratnya adalah jumlah dalam test harus genap. Untuk menentukan koefisien korelasi teknik belah dua ada 3 cara, yaitu : formula spearman-Brown, formula Flanagan, dan Formula Rulon. Teknik non belah dua adalah salah satu teknik untuk menghindari kesulitan teknik belah dalam membagi dua soalnya.
Dalam laporan ini yang dilakukan adalah tes tunggal dengan menggunakan formula spearman-brown. Prinsip penggunaan formula spearman-brown adalah dengan cara menghitung koefisien korelasi diantara kedua belah sebagai koefisien reliabilitas bagian dari alat evaluasi.
Konsep reliabilitas tes tunggal formula spearman-Brown sama dengan konsep validitas. Menghitungnya dengan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu: r  =   angka yang dihasilkan menunjukan reliabilitas setengah tes. [5] 
Ketuntasan belajar adalah ketuntasan setiap siswa dalam menguasai seluruh materi pelajaran. Jika siswa  memiliki ketuntasann belajar yang tinggi, maka siswa tersebut dianggap sudah menguasai materi yang telah diajarkan dan berhak untuk melanjutkan ke materi berikutnya. Tapi jika siswa  memiliki niai ketuntasan yang kecil, maka siswa tersebut tidak berhak unruk menerima mater selanjutnya, karena penambahan materi akan menyebaban sswa semakin tidak menguasai materi. Anak akan terbebani dengan materi baru, sedangan matei yang telah disampaikan pun belum sepenuhnya dikuasai. Jadi tindak lanjut yang tepat oleh guru untuk siswa yang memiliki nilai ketuntasan yang kecil adalah melakukan remedial. Dalam uji cob kali ini, pembuat soal menargetkan ketuntasan belajarnya dalah 60 %.  Di bawah ini adalah rumus untuk mencari ketuntasan belajar setiap siwa:
Ketuntasan Belajar = KB =  x 100 %.
Menurut Woodwort ada dua jenis pedoman yang bisa digunakan untuk menentukan nilai setelah analisis (mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi, yaitu:
Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan suatu standar yang sifatnya mutlak atau disebut Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan skor yang diperoleh siswa lainnya dalam kelompok tes tersebut atau disebut Penilaian Acuan Normatif (PAN). Sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP). Keunggulan PAP antara lain adalah kualitas hasil belajar dapat terkontrol, karena nilai yang diperoleh bisa mencerminkan tingkat penguasaan siswa, tetapi kondisi siswa peserta tes tidak diperhatikan baik secara individu maupun kelompok. Sedangkan kelemahan system PAP bahwa pada hakekatnya setiap penilaian itu bersifat relative, artinya acuan mutlak itu tidak sama. Dalam analisis tersebut, dapat hanya menggunakan rangking sederhana. Karena mata pelajarannya hanya satu. Adapun lalangkah-langkahnya sebagai berikut:
      a.       Urutkan nilai-nilai tersebut dari yang tertinggi ke yang terkecil.
      b.      Beri nomor urut sesuai dengan urutan pada bagian nilai yang sudah diurutkan.
      c.       Untuk nomor urut yang menyatakan satu nilai tersebut diatas, nomor urut tersebut adalah nomor peringkat siswa yang bersangkutan.
      d.      Untuk dua nomor urut atau tiga dan seterusnya yang menyatakan nilai sama adalah dengan cara rata-rata dari nomor urut yang sama.

D. Pemanfaatan Data Hasil Evaluasi
Manfaat data penilaian hasil belajar formatif adalah di samping menggambarkan penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa, juga memberi petunjuk kepada guru tentang keberhasilan dirinya dalam mengajar. Oleh sebab itu data ini sangat bermanfaat bagi guru dalam upaya memperbaiki tindakan mengajar selanjutnya. Pertanyaan yang salah dijawab oleh kebanyakan siswa menunjukkan tujuan instruksional khusus yang yang belum dicapai oleh pengajaran tersebut. Apabila siswa menjawab salah itu merupakan hal yang lumprah tetapi jika yang menjawab salah itu dari siswa yang  pandai berarti ada sesuatu yang harus diperbaiki dalam proses belajar mengajar.
Manfaat data penilaian hasil belajar sumatif untuk mengukur tingkat penguasaan hasil belajar para siswa. Bahan pertanyaan bersumber dari GBPP untuk semester yang dituangkan dalam pertanyaan tes yang pada umumnya dibuat dalam bentuk obyektif. Data hasil penilaian sumatif dapat digunkan oleh guru untuk:
  Membuat laporan hasil belajar
  Menata kembali seluruh pokok bahasan dan subpokok bahasan setelah melihat hasil tes sumatif
  Melakukan perbaikan dan penyempurnaan alat penilaian tes sumatif
  Merancang program belajar siswa pada semester berikutnya.

E. Pentingnya Memanfaatkan Hasil Evaluasi
Salah satu manfaat hasil evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik (feed-back) kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut QCA “feed-back is the mean by which teachers enable children to close the gap in order to take learning forward and improve children’s performance.” Umpan balik dapat dijadikan sebagai alat bantu guru untuk membantu peserta didik agar kegiatan belajarnya menjadi lebih baik dan meningkatkan kinerjanya. Umpan balik tersebut dapat dilakukan secara langsung, tertulis atau demonstrasi. Dalam memberikan umpan balik, guru hendaknya memperhatikan kualitas pekerjaan peserta didik dan tidak membandingkannya dengan hasil pekerjaan peserta didik lain. Umpan balik sifatnya memberikan saran dan perbaikan, sehingga peserta didik termotivasi untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar serta hasil pekerjaannya.
Crooks menyimpulkan agar umpan balik dapat bermanfaat untuk memotivasi peserta didik, maka harus difokuskan pada:
     Kualitas pekerjaan peserta didik dan bukan membandingkannya dengan hasil peserta didik lain.
     Cara-cara yang spesifik sehingga pekerjaan peserta didik dapat ditingkatkan.
     Peningkatan pekerjaan peserta didik yang harus dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya.
Apa yang dikemukakan Crooks lebih menekankan pada kualitas pekerjaan peserta didik sebagai faktor utama dalam menentukan jenis umpan balik yang diberikan, bukan membandingkan hasil pekerjaan peserta didik yang satu dengan lainnya, apalagi membandingkan dengan pekerjaan peserta didik yang mayoritas jawabannya benar atau sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, Clarke menyarankan enam prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
(a)Umpan balik harus fokus pada tugas-tugas yang sesuai dengan tujuan      pembelajaran, dan bukan membandingkan dengan anak yang lain.
(b)Guru menggunakan bahasa verbal dan non-verbal serta memberikan pesan yang baik pada peserta didik tentang kemampuan yang mereka peroleh.
(c)Penilaian setiap bagian pekerjaan dapat mengarah pada penurunan moril bagi peserta didik yang mencapai prestasi rendah dan kepuasan bagi peserta didik yang mencapai prestasi tinggi.
(d)Penghargaan eksternal sama seperti grades.
(e)Perlu memberikan umppan balik spesifik yang terfokus pada kesuksesan dan peningkatan daripada mengoreksi.
(f) Peserta didik perlu diberi kesempatan untuk meningkatkan kualitas pekerjaan mereka.
Selanjutnya, Remmer mengemukakan, we discuss here the use of test results to help students understand them selves better, explain pupil growth and development to parents and assist the teacher in planning in struction.” Pendapat Rammer ini menunjukkan, paling tidak ada tiga manfaat penting dari hasil evalusi, yaitu:
1.       Untuk membantu pemahaman peserta didik yang lebih baik.
2.      Untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua.
3.      Membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran
Berikut akan dijelaskan beberapa manfaat hasil evaluasi dalam hubungannya dengan pembelajaran.
Selanjutnya, Remmer mengemukakan, we discuss here the use of test results to help students understand them selves better, explain pupil growth and development to parents and assist the teacher in planning in struction.” Pendapat Rammer ini menunjukkan, paling tidak ada tiga manfaat penting dari hasil evalusi, yaitu:
Untuk membantu pemahaman peserta didik yang lebih baik.
 Untuk menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik kepada orang tua.
Membantu guru dalam membuat perencanaan pembelajaran
Berikut akan dijelaskan beberapa manfaat hasil evaluasi dalam hubungannya dengan pembelajaran.

(1)   Untuk Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Perencanaan merupakan bagian penting sekaligus menjadi pedoman dan panduan bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembalajaran. Hasil belajar akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya perencanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai skenario proses pembelajaran, karena itu harus disusun secara fleksibel dan membuka kemungkinan bagi guru sebagai pelaksana dan pengelola pembelajaran.

(2)   Untuk Mengoptimalkan Proses Pembelajaran.
Optimalisasi proses pembelajaran adalah upaya memperbaiki proses pembelajaran sehingga peserta didik mencapai keberhasilan proses dan hasil belajar. Tujuannya adalah untuk memperbaiki aspek-aspek pembelajaran yang dianggap masih kurang optimal. Cara mengoptimalkan proses pembelajaran adalah:
 Evaluasi diri secara jujur dan teliti terhadap semua aspek pembelajaran.
 Identifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan keberhasilan pembelajaran.

Secara umum, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan hasil evaluasi berkaitan erat dengan tujuan menyelenggarakan evaluasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan Julian C. Stanley “just what is to be done, of course, depends on the purpose of the program”. Artinya pemanfaatan hasil evaluasi sangat bergantung pada tujuan evaluasi. Misalnya, tujuan evaluasi formatif adalah untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran. Perbaikan tersebut dilakukan atas dasar hasil monitoring kemajuan belajar peserta didik.

Begitu juga dengan evaluasi sumatif yang bertujuan untuk memberikan nilai sebagai dasar menentukan kenaikan kelas atau kelulusan peserta didik dan pemberian sertifikat bagi peserta didik yang telah menyelesaikan pelajaran dengan baik. 

F. Manfaat Hasil Evaluasi.
Dalam praktiknya, masih banyak guru yang tidak atau kurang memahami pemanfaatan hasil evaluasi, sehingga hasil evaluasi formatif atau sumatif (misalnya) banyak dimanfaatkan hanya untuk menentukan kenaikan kelas dan mengisi buku rapor. Meskipun demikian, untuk melihat pemanfaatan hasil evaluasi ini secara komprehensif, dapat ditinjau dari berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:
 Bagi peserta didik, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Meningkatkan minat dan motivasi belajar.
b.Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran.
c.Membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik.
d.Membantu peserta didik dalam memilih metode belajar yang baik dan benar.
e.Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas.

 Bagi guru, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan.
b.Mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau kekurangan, baik secara perseorangan maupun kelompok.
c.Menentukan pengelompokan dan penempatan peserta didik berdasarkan prestasi masing-masing.
d.Feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pembelajaran.
e.Menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
f.Dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan pembelajaran.
g.Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remidial.

Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Mengetahui kemajuan belajar peserta didik.
b.Membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah.
c.Menentukan tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan kemampuan anaknya.
d.Memperkirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut dalam bidang pekerjaannya.

Bagi administrator sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Menentukan penempatan peserta didik.
b.Menentukan kenaikan kelas.
c.Pengelompokan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya fasilitas pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta didik pada waktu mendatang.

Bagi kepala sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:
a.Untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.
b.Untuk memikirkan upaya – upaya pembinaan para guru dan siswa berdasarkan pendapat, gagasan, saran, aspirasi, dari berbagai pihak (guru, siswa, orang tua) yaitu melengkapi sarana belajar.
c.Meningkatksn profesionalitas tenaga guru, pelayan sekolah, perpustakaan sekolah, tata tertib sekolah, disiplin kerja, pengawasan dll.
Bagi penelitian pendidikan, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan sebagai data yang sangat diperlukan oleh para peneliti pendidikan.

2.2 Pemanfaata hasil evaluasi untuk perbaikan pemblajaran
Latar Belakang dalam melaksanakan tugasnya, pengawas melakukan pembinaan, penilaian teknik dan administratif pendidikan terhadap sekolah, yang dilakukan melalui pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan. Artinya pengawas melakukan penilaian kinerja institusional dan personal, baik kepada sekolah, kepala sekolah, guru dan staf sekolah melalui data-data yang terkumpul baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data yang terkumpul melalui instrumen yang valid dan reliabel, dilakukan suatu proses penilaian. Penilaian adalah proses sistematis yang meliputi pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi untuk pengambilan keputusan. Hasil penilaian harus memiliki validitas yang tinggi, reliabel, fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu, komprehensif, objektif dan mendidik.
Penilaian memiliki validitas yang tinggi artinya hasil penilaian dapat ditafsirkan sesuai dengan apa yang akan dinilai. Reliabel berarti hasil penilaian harus ajeg, menggambarkan kinerja atau kemampuan yang sesungguhnya. Penilaian harus fokus pada kinerja atau kompetensi tertentu dapat diartikan sebagai kesesuaian pencapaian kinerja atau kompetensi dengan standar yang ditetapkan dan dicirikan oleh pencapaian indikator-indikator yang terukur. Objektif berarti dalam memberi penilaian harus adil, terencana dan berkelanjutan. Mendidik diartikan bahwa penilaian digunakan untuk memperbaiki proses, baik proses peningkatan manajemen, proses peningkatan pembelajaran untuk mencapai kualitas mana jemenatau pembelajaran yang lebih tinggi                                                                .
Penilaian dapat dilakukan dengan teknik/cara penilaian kinerja (performance), penugasan (project), hasil kerja (product), tes (paper and pencil test), portofolio, penilaian sikap, wawancara, dan sebagainya.
Dalam kaitan ini, pengawas dituntut untuk dapat melakukan analisis dan pengolahan data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, guru dan staf administratif. Pengolahan dan analisis data penilaian ini dilakukan dengan metode dan teknik-teknik tertentu, agar penilaian yang dilakukan menjadi lebih objektif, valid dan reliabel, serta mampu memberikan solusi terhadap permasalahan pengembangan kualitas sekolah.
A.    CARA PEROLEHAN DATA
Data merupakan bentuk jamak dari datum adalah keterangan tentang suatu hal atau fenomena yang dapat dihasilkan dari pengalaman, pengamatan atau eksperimen, atau kumpulan dari suatu anggapan. Jadi data dapat berupa sesuatu yang diketahui atau yang dianggap atau anggapan atau suatu faktayang digambarkan melaluiangka, symbol, kode, dan lain-lain                        .
Pada proses penilaian kinerja sekolah, kepala sekolah, guru dan staf administrasi sekolah, data diperoleh umumnya melalui empat macam teknik pengumpulan data, yaitu: wawancara (interview), tes, observasi dan life record.[6]
1. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan dasar dalam penilaian dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada beberapa kelebihan dari teknik wawancara ini, antara lain:
a. Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama.
b. Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun .
c. Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi dan dapat digunakan melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses,penilaian.
Tetapi wawancara dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik responden dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.
2. Tes
Seperti hal nya wawancara, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus yang direspon responden lebih terstandardisasikan daripada wawancara. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses penilaian kinerja berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu pengawas untuk memahami responden. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.
3. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan responden. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam proses penilaian kinerja. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara:
a.       Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional.
b.      Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah muncul
c.       c. Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”                            .
d. Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.
. 4. Life record
Penilaian yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, portofolio, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, rencana pembelajaran guru, daftar hadir, daftar nilai siswa, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui wawancara, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Contohnya, pengawas ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan responden. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya, ”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku, serta aktivitas yang terekam dari seorang responden selama periode tertentu, life records memberikan suatu sarana bagi pengawas untuk memahami responden dengan lebih baik. Dari beberapa teknik pengumpulan data tersebut, dapat diperoleh data kualitatif maupun data kuantitatif. Untuk data yang bersifat kuantitatif, tentu lebih mudah untuk dilakukan analisis dengan teknik atau metoda yang lebih kuantitatif. Tetapi untuk data yang bersifat kualitatif agar analisisnya lebih mudah dan lebih objektif, diperlukan penilaian dengan bantuan rubrik
Heidi Goodrich Andrad mendefinisikan rubric is a scoring tool that fists the criteria for a piece of work, or what counts.


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Analisis dilakukan secara menyeluruh yaitu mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir yang menurut Taksonomi Bloom secara hierarkis terdiri atas pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan psikomotor melibatkan gerak adaptif (adaptive movement) atau gerak terlatih dan keterampilan komunikasi berkesinambungan (non-discursive communication). Kondisi afektif peserta didik berhubungan dengan sikap, minat, atau nilai-nilai. Kondisi ini tidak dapat dideteksi dengan tes, tetapi dapat diperoleh melalui angket, inventori, atau pengamatan yang sistematik dan berkelanjutan
Dalam pengolahan hasil evaluasi meliputi skor dan nilai, taraf serap dan peringkat. Skor adalah bobot untuk setiap butir soal sedangkan nilai adalah hasil pengolahan skor dengan menggunakan aturan dan criteria yang dapat diinterpretasikan. Menurut Woodwort ada dua jenis pedoman yang bisa digunakan untuk menentukan nilai (mengubah skor menjadi nilai) sebagai hasil evaluasi, yaitu:  Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan suatu standar yang sifatnya mutlak atau disebut Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dengan cara membandingkan skor yang diperoleh seorang siswa dengan skor yang diperoleh siswa lainnya dalam kelompok tes tersebut atau disebut Penilaian Acuan Normatif (PAN).
3.2. Saran
            Setiap mata pelajaran seharusnya guru terlebih dahulu menganalisis dalam proses pembelajaran. Karna agar para peserta didik dapat memahami dalam setiap mata pelajaran itu dan mereka mendapatkan keterpahaman untuk menerima mata pelajaran. Dalam setiap analisis sebaiknya diawali dengan menerapkan beberapa tes kepada siswa agar ketuntasan dan keterpahaman siswa dapat tercapai dengan baik. Dan penulis juga memohon maaf apabila ada kesalahan baik dalam penyusunan, pengetikan, bahkan dari sajian informasi kurang akurat, penulis mohon diberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun. Sehingga penulis dapat lebih baik dalam pembuatan makalah.
           





























Daftar pustaka

Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, Jakarta: Hikmat Syahid Indah, 1989, hlm. 130

Nasution Harun, Analisis pembelajaran, Bandung: Al-Ma’arif, 1984, hlm. 99


M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm. 205



Creswell, J.W. (2008).Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. New Jersey:Peason Prentice
Top of Form
Top of Form
Bottom of Form
Hasan, Iqbal.(2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistika. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Freeman, H.E., Leigh Burstein, P.H. Rossi. (1985).Collecting Evaluation Data. Beverly Hills: Sage Publication.

House, E. R. (1987). Assumptions Underlying Evaluation Models dalam Madaus.

Remmers H.H, gage W.L, rummel JFA.1990, Pratical introduction on measurement and evaluation. Harper and  row NY

Sharbini Arikunto.2013. Dasar Dasar Evaluasi pendidikan.jilid ll, Jakarta : Bumi Aksara

Kunandar.2013.Penilaian Kuantitatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Anas Sudjiono.2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Madaus, G. F. et al. (1987). Evaluation Models: Viewpoints on Educational and Human Services Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.


[1] Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, Pedoman Umum Pengembangan Penilaian, Jakarta: Hikmat Syahid Indah, 1989, hlm. 130


2. Nasution Harun, Analisis pembelajaran, Bandung: Al-Ma’arif, 1984, hlm. 99
3. http://sumut.kemenag.go.id/

4.M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm. 205
5. http://sumut.kemenag.go.id/03/07/2014

[6] https://suaidinmath.wordpress.com/2014/12/23/pemanfaatan-hasil-evaluasi-untuk-perbaikan-hasil-pembelajaran/
Top of Form
Top of Form
Bottom of Form

1 komentar:

  1. AUSTRALIA - JT Hub
    In 포항 출장마사지 March of 2019, the 의왕 출장샵 company opened a brand new 성남 출장샵 sportsbook in The Strip. Las 진주 출장안마 Vegas, Nevada-based Caesars Palace is owned by Caesars 거제 출장샵 Palace

    BalasHapus