Kamis, 02 Juni 2016

SPI ( MADRASAH DAN PERTUMBUHAN ILMU ILMU ISLAM )


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”MADRASAH DAN PERTUMBUHAN DAN  ILMU  ILMU ISLAM” dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini saya  tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Dr.JAMAL FAKHRI,M.A.g Selaku dosen pembimbing mata kuliah Kurikulum Perkembangan Pendidikan Islam, dan semua pihak yang telah membantu selesainya penyusunan makalah ini.
            Saya sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu saya selaku penyusun makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan, selanjutnya kritik dan saran dari para pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Bandar lampung   oktober  2013

Penyusun




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I.PENDAHULUAN

Latar belakang

Rumusan masalah

BAB II.PEMBAHASAN







































BAB I
PENDAHULUAN




A.Latar Belakang Masalah

 Pertumbuhan ilmu ilmu islam di zaman modern ini sangat berbeda dgn zaman dahulu. Dan proses pembelajarannya pun berbeda  kalau zaman dahulu preses pendidikan di adakan di rumah-rumah sahabat tertentu dan yang paling terdeket dengan Darul AL Arqom. Namun ketika masyarakat islam terbentuk  maka proses pembelajaran agama islam di selenggarakan di masjid yang di kenal dalam bentuk halaqoh. Kebangkitan madrasah awal dari bentuk perkembangan islam secara formal.
Perkembanagan ilmu-ilmu islam dapat kita lihat dalam berbagai priode dari daulah abasiyah, daulah fatimyah, daulah usmaniyah, dalam abad ke-4 H atau 10 M . Pengaruhnya sampai pada abad abad kemudian  tampak jeles perkembangan peradaban bangsa bangsa  di Negara barat seperti spanyol prancis dan sebagainya di samping itu pula perjuangan muslim dalam berbagai ilmu pengetahuan  seperti filsafah, kimia, astronomi, aljabar, kedokteran, dan arsitektur dalam sejarah peradaban islam pada abad ersebut.


B.     Rumusan Masalah
Madrasah adalah salah satu pendidikan Islam, dari latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah kelahiran madrasah di dunia Islam berikut pertumbuhan dan perkembangan madrasah?
2.      Bagaimana madrasah pada awal pertumbuhannya?

 
      BAB I1
PEMBAHASA


 A.PERTUMBUHAN  ILMU ILMU ISLAM
 pendidikan Islam tidak akan pernah ada habisnya. Demikian, karena proses pendidikan Islam telah, sedang dan akan terus berjalan mengikuti perkembangan zaman. Begitulah pendidikan Islam mempunyai sejarah yang panjang. Dalam pengertian yang seluas-luasnya, pendidikan Islam berkembang seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Dalam sejarah masyarakat Arab, di mana Islam lahir dan pertama kali berkembang, kedatangan Islam lengkap dengan usaha-usaha pendidikan merupakan transpormasi besar. Sebab pada dasarnya masyarakat Arab pra Islam tidak mempunyai sistem pendidikan formal. Pendidikan yang berlangsung dapat dikatakan lebih bersifat informal, dan ini pun lebih berkaitan dengan upaya dakwah islamiyah, penyebaran dan penanaman dasar kepercayaan dan ibadah lain. [1][1]
Proses pembelajaran agama Islam pada saat itu diselenggarakan di rumah-rumah sahabat tertentu dan yang paling terkenal adalah Darul Arqam.[2][2] Namun ketika masyarakat Islam telah terbentuk, maka proses pembelajaran agama Islam diselenggarakan di masjid yang dikenal dengan bentuk halaqah. Kebangkitan madrasah merupakan awal dari bentuk perkembangan Islam secara formal. [3][3]
Sepanjang sejarah Islam, madrasah diabdikan terutama kepada al-uluum al-Islamiyah atau biasa juga disebut al-uluum ad-diniyyah dengan penekanan khusus pada bidang fiqih, tafsir dan hadits. Meskipun ilmu-ilmu ini juga memberikan ruang gerak kepada akal untuk melakukan ijtihad, dalam pengertian bukan ijtihad yang dilakukan dengan sebebas-bebasnya. Dengan demikian, ilmu-ilmu non agama (profan) sejak awal perkembangan madrasah sudah dalam posisi yang marjinal.
 namun dalam prakteknya supremasi lebih diberikan kepada ilmu agama. Terlepas dari semua itu, jika dipandang semata-mata dari sudut keagamaan dalam pengertian terbatas, supremasi dan dominasi ilmu-ilmu keagamaan dalam batas tertentu agaknya mengandung implikasi positif. Supremasi ini membuat transmisi syari'ah yang merupakan inti Islam, dari generasi awal muslim kepada generasi berikutnya menjMeski Islam pada dasarnya tidak membeda-bedakan nilai-nilai ilmu agama dan ilmu umadi "lebih terjamin", walaupun supremasi tersebut tidak berlangsung dengan cara yang lebih dinasmis.[4][4]
Karena itu tak heran ketika Charles Michael Stanton tidak berhasil membuktikan kaitan yang jelas antara lembaga penidikan tinggi Islam dengan kemajuan berbagai cabang sains dalam peradaban Islam. Ini tidak aneh karena seluruh madrasah yang pernah diteliti sepenuhnya bermuatan ilmu-ilmu agama. Hanya terdapat beberapa madrasahsaja, khsususnya di Persia yang mengajarkan beberapa bidang ilmu yang "diharamkan" pada madrasah-madrasah Sunni



B.SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MADRASAH
a.    Institusi Pendidikan Islam
Salah satu sistem yang memungkinkan peroses kependidikan islam berlangsung secara konsisen dan berkesinambungan dalam angka mencapai tujuannya adalah intitusi atau lembaga  pendidikan islam. Dalam sejarah pendidikan islam sejak nabi melaksanakan tugas agama secara aktif ,di kota mekah telah didirikan lembaga di ,ana nabi memberikan pelajaran tentang agama islam secara menyeluruh di rumah rumah dan dimasjid –masjid. Salah satu rumah yang terkenal dijadikan tempat berlangsungya pendidikan islam ialah Dar al-Arqam  di mekah dan dimasjid yang terkenal dipergunakan untuk kegiatan belajar dan mengajar ialah yang sekarang terkenalMasjid al–Haram di mekah dan di masjid Annabawy di Madinah al-Munawwarah .Di dlam masjid inilah berlangsungya  peroses belajar mengajar  berkelompok dalam  halaqah dengan masing masing gurunya yang terdiri dari para sahabat nabi .
       Sejalan dengan semakin perkembangaya jumlah pemeluk islam dan juga keinginan untuk memperoleh efektifitas belajar mengajar yang cukup memadai,berpikirlah baru para sahabat dan tabiin tetang pendidikan yang berkelanjutan sampai munculnya kerajaan islam di timur tengah dan sepanyol. Mereka mendirikan berbagai model kelembagaan pendidikan islam yang lebih teratur dan terarah dalam kegiatan belajar dan mengajar secara klasikal yang berbentuk madrasah.
Mula mula berdiri lembaga pendidikan yang bernama kuttab salah satu lembaga pendidikan dasar yang di dalamnya di ajarkan cara membaca dan menulis huruf Al Qu’an serta pengajaran  ilmu agama serta ilmu al Qur’an .
       Orang yang pertama kali menulis belajar menulis dari penduduk mekah adalah Sufyan bin Umayah dan Abu Qais bin abdul manaf bin sahrah bin Kilab, sedangkan pengajaranya ialah Basyar bin abdul malik yang pernah belajar menulis di irak .Dari mekalah inilah kegiatan belajar menulis dan membaca Al –quran menyebar keseluruh penjuru jazirah Arab .Motivasi utama dari kegiatan belajar menulis dan membaca Alquran bersumberkan dari wahyu perama yang diturunkan  kepada rosululloh yang tersebut dalam Surah Al ‘Alaq.
         Dari kemampuan menulis dan membaca inilah umat islam memperoleh sarana  yang ampuh untuk belajar ilmu ilmu yang lain .Oleh karna itu , membaca dan menulis dapat di pandang sebagai sumbernya ilmu pengetahauan manusia yang semakin berkembang .
          Perkembangan ilmu pengetahuan islam dapat kita sajikan dalam berbagai periode dari daulah Umayyah , daulah abbasiyyah ,daulah fathimiyyah , dan Daulah Ussmaniyyah  pada abad abad ke-4 H atau 10 Masehi .Pengaruhnya sampai abad abad kemudian tampak jelas dalam perkembangan peradaban bangsa bangsa di Negara neara Barat seperti sepayol , perancis , dan sebagainya .Di samping itu dapat pula dikenali para pujagaga muslim dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti flasafah ,kimia,astronomi ,aljabar ,kedokteran ,dan arsitektur dalam sejarah kebudayaan islam pada abad abad tersebut di atas .
Bahkan sarjana  sejarah  berkebangsaan inggris , Philip k. hitti dalam tulisannya menunjukan wakta tentang kemajuan umat islam pada abad pertengahan dengan menyatakan “Yang tercipta  oleh bangsa Arab bukan hanya suatu kerajaan ,melainkan juga suatu kebudayaan .Merekaadalah ahli  waris dari kebudayaan  lama yang berkembang  di tepi sungai Tigris dan Eurat serta di lembah sungai Nil dan pesisir timur laut tengah . kemudian sifat sifat utama dari kebudayaan yunani –romawi juga di pelajari dan di kembangkan . oleh karena itu, merekalah yang memberikan bayak pengaruh kebudayaan ini ke Benua eropa pada abad pertengahan , sehingga Eropa terbangun dari tidurya dan berkembanglah renaissance modern.
         Dalam permulaan abad pertengahan itu tidak ada suatu bangsa pun yang besar subangannya bagi proses kemajuan manusia kecuali bangsa arab yang saat ini sudah asyik mempelajari falasafah Arisoteles  sementara Kare Agung (kaisar nama l prancis saat itu)berserta pembesar pembesarnya masih asik belajar menuliskan namanya. Para mahasiswa di cordova (Spanyol Islam ),sebuah kota yang memiliki tujuh belas perpustakaan dan satu antaranya mempunyai lebih dari 100.000 buah buku ,gemar sekali mandi  pemandian yang inda indah ,semantara itu pada saat yang sama  mahasiswa mahasiswa  Universitas Oxford (inggris )
        Kemajuan peradaban umat islam pada masa itu mrupakan hasil dari kemampuan membaca dan menulis yang pertama  tama di perintahkan oleh oleh Alloh  melalui wahyu kepada utusa Nya Muhammad saw.Kegiatan belajar mengajar yang diawali dengan membaca dan menulis itu ,akhirnya mendorong umat islam  untuk belajar dalam bidang bidang  ilmu pengetahuan di luar ilmu agama, di samping karna kebutuhan hidup yang semakin berkembang, terutama tentang ilmu alam, serta kemasyarakatan, dan falsafah .
      Oleh karena itu sistem kuttab tidak mampu menampung aspirasi dari kebutuhan belajar yang lebih luas dan dalam  maka bentuklah system pendidikan klasikal yang di kenal dengan madrasah atau sekolah. Madrasah yang pertama ialah Madrasah an Nidhamiyah yang di dirikan oleh Nidham al-Mulki seorang Menteri  Sultan Malik Syah as Seljuqy  pada tahun  460-475 Hdi kota Baghdad dan Naesabur  dengan mengunakan namaya. Imam al Gozalai pernah menjadi guru madrasah tersebut di Baghdad kemudian di Naesabur ,pada akhir abad  ke -5m.
         Kemudian disusul berdirinya madrasah – madrasah lainya seperti Madrasah an-Nasiriyah ,Madrasah al –Qumhiyah dan as- saefi’ yah dari daulah  Ayyubijah .Pada akhirnya bermunjulan berbagai jenis madrasah tersebutr di timur tengah seperti di Syiria,terkenal madrasah an-Nuriyah yang didirikan oleh nuruddin Zangky. Di mesir dengan mandrasah al- Kamaliyah (didirikan oleh malik al –kamil al-Ayyub ). Madrasah al dhahiriyah di mana fikih mazhab as –Sayfi’y dan Hanafy di ajarkan .
        Madrasah al Manshuriyah merupakan madrasah yang mengajarkan fikih dari keempat mazhab, hadits, serta ilmu kedokteran. Masdrasah an Nashiriyah mengajarkan keempat mazhab fikih begitu juga madrasah sultan hasan yang yang didirikan pada tahun 758 M terkenal karena  besarnya bangunan , arsitektur nya yang indah serta bentuknya yang hebat yang tak ada tandinganya di seluruh dunia islam. Madrasah ini didirikan  pada zaman Kerajaan Malik di Mesir .
         Pada setiap madrasah yang di dirikan itu selalu di lengkapai dengan pepustakaan  dengan beribu ribu jilid buku di dalamnya . system madrasah (klasikal ), pendidikan islam berkembang pula dalam institusi kependidikan yang disebut Zawiyah  yaitu suatu tempat belajar di sudut masjid (menurut asal usulnya ). Kemudian  pengetian zawiyah  ini mejadi meluas sehingga akhirnya di kenal sebagai “tempat belajar yang terpisah  dari bangunan masjid “yang hampir menyamai  fungsi madrasah, oleh karena zawiyah ini tidak lagi di gunakan untuk melakukan itikaf , atau taabbud terutama bagi kaum sufi atau tarikat,dan akhirnya menjadi tempat mengajarkan al-Qur’an dan agama serta dasar-dasar ilmu pengetahuan umum. Fungsi Zawiyah hampir sama dengan fungsi madrasah, lembaga ini berkembang pada abad ke-8 H di Negara Negara  Maghribi (Afrika Utara).
      Institusi kependidikan islam berkembang dalam bentuk formal (madrasah) semua jenjang sampai dengan Universitas (al-Jamiyah) dan bentuk nonformal (masjelis taklim, pesantren) Dan pendidikan individual (langsung dengan guru, ulama).
Pada mana yang paling awal, pendidikan Islam bersifat sangat sederhana dan baru dilaksanakan secara informal di rumah-rumah, kuttab dan masjid. Pada perkembangan selanjutnya, setelah masya­rakat Muslim mulai terbentuk, pendidikan diselenggarakan dalam bentuk formal, sehingga pendidikan Islam kemudian menjadi salah satu pilar dari peradaban Islam. Dalam hal ini, pendidikan Islam bentuk formal ditandai oleh munculnya madrasah sebagai lembaga pendidikan dan sekaligus sebagai jalur pendidikan. Di dalam madrasah berlangsung proses komunikasi pedagogis antara pendidik -peserta didik, yang darinya diharapkan mengarah kepada tercapainya tujuan instruksional. Dapat dikatakan bahwa secara historis kelahiran madrasah menjadi lambang kebangkitan dari sistem pendidikan Islam.
Dengan menggunakan pendekatan sosio-historis, di dalam tulisan ini akan ditelusuri kelahiran madrasah dalam perkembangan pendidikan Islam. Objek kajian ini utamanya terfokus pada madrasah Nizamiyyah di Baghdad. Pasalnya, madrasah tersebut adalah salah satu di antara madrasah-madrasah yang diperdebatkan oleh pemerhati sejarah pendidikan Islam.


C.    Madrasah
Madrasah adalah satu jenis yang lain dari lembaga pendidikan tinggi, dan ia mulai muncul pada akhir abad ke IV Hijriyah.
Berkembangnya madrasah-madrasah dalam waktu yang cepat itu merupakan satu manifestasi yang bertujuan untuk melawan golongan Syi’ah yang telah kuat dan berkembang di seluruh pelosok dunia Islam pada abad ke IV Hijriyah. Gerakan Syi’ah ini bukan saja merupakan gerakan politik yang dikembangkan oleh pengikut-pengikut Ali untuk mengendalikan pemerintahan, akan tetapi dalam waktu yang sama ia juga merupakan satu gerakan ilmu pengetahuan yang sejalan dengan falsafah pendapat-pendapat golongan mystik yang beraliran extrem. Gerakan ini telah mendapat tentantan yang hebat dari penganut mazhab ahlus-Sunnah. Munculnya orang-orang Sljuq pada abad ke XI Masehi yang merupakan golongan pendukung mazhab ahlus­sunnah yang fanatik terhadap kepercayaan agama, dan jatuhnya sebagian besar dari kerajaan Islam dalam tangan mereka, dan sikap mereka yang sangat setia kepada khilafah, kesemuanya ini merupakan faktor-faktor yang utama yang dapat mengukuhkan mazhab ahlussunnah dan melemahkan pengaruh dan kedudukan golongan Syi'ah. Munculnya madrasah-madrasah yang banyak dalam abad ini telah merupakan satu alat untuk menyatakan satu sikap baru dalam berpikir dan untuk melahirkan gelora semangat keagamaan yang meluap-luap pada masa ini, sehingga terjadinya perang salib di antara umat Islam dan Kristen. Ma­drasah-madrasah tersebut tersebar hampir di- seluruh dunia Islam untuk memperkuat mazhab ahlussunnah dengan cara memberi perhatian yang besar terhadap mempelajari ilmu fiqh yang terdapat di dalam empat buah mazhab.[2]
Adapun di Mesir, madrasah-madrasah barn didirikan sesu­dah lii!angnya kerajaan Fatimiyah dan sesudah berdirinya kera­jaan Ayyubiyah. Pada masa kerajaan Ayyubiyah inilah didirikan madrasah-madrasah sehingga ia tersebar sangat lugs. Penebaran madrasah-madrasah ini tetap berjalan terus pada masa Al-Mamalik, demikian pula di Syria madrasah-madrasah banyak didirikan pada masa ini.
Biasanya sebuah madrasah dibangun untuk salah seotang ahli fiqh yang termasyhur dalam salali satu mazhab yang empat. Umpamanya Nuruddin Mahmud bin Zanki telah mendirikan di Damaskus dan Halab beberapa Madrasah untuk mazhab lianal-i dan Syafi'i, dan telah dibangun pula sebuah madrasah untuk kedua mazhab ini di kota Mesir.
Madrasah itu tidak berbeda dari Mesjid atau Jami', baik dari segi bangunan, tugas, maupun tujuannya. Hanya madrasah itu lebih lengkap persiapannya untuk study dan untuk tempat tinggal bagi pelajar-pelajar yang belajar secara ful timer. Madra­sahpun telah digunakan pula untuk melaksanakan tujuan-tujuan masjid, seperti digunakan untuk melakukan shalat sebagaimana dilakukan di Masjid-masjid, kemudian madrasah itu juga diguna­kan sebagai pengadilan. Namun demikian madrasah itu mempu­nyai tugas pokok yang tersendiri, yaitu untuk mengajar fiqh yang sejalan dengan satu atau lebih dari mazhab ahlussunnah yang empat itu, dengan cara menarik para pelajar-pelajar untuk menggunakan waktu mereka sepenuhnya dalam belajar, dan mem­berikan gaji tetap bagi para guru, sehingga mereka tidak usah mencari pekerjaan lain untuk mencari penghidupan mereka.
Walaupun tadi telah dikatakan bahwa tugas pokok bagi madrasah-madrasah adalah untuk mengajar ilmu fiqh semata-mata, akan tetapi ada juga sebagian madrasah yang memberi pelajaran kedokteran di samping ilmu fiqh.
Madrasah sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk pendidikan formal sudah dikenal sejak awal abad ke- 11 atau 12 M, atau abad ke- 5-6 H, yaitu sejak dikenal adanya Mdrasah Nidzamiyah yang didirikan di Baghdad oleh Nizam Al- Mulk, seorang wazir dari Dinasti Saljuk. Pendirian Madrasah ini telah memperkaya khasanah lembaga pendidikan di lingkungan masyarakat islam, karena pada masa sebelumnya masyarakat islam hanya mengenal pendidikan trdisional yang di selenggarakan di Masjid-Masjid dan dar al-khuttab. Di Timur tengah institusi madrasah berkembang untuk menyelenggarakan pendidikan keislaman tingkat lanjut (advance/tinggi), yaitu melayani mereka yang masih haus ilmu sesudah sekian lama menimbanya dengan belajar di masjid-masjid. Dengan demikian, pertumbuhan madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dan alamiah dari dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat islam itu sendiri.
Di Indonesia, keadaannya tidak demikian. Madrasah merupakan fenomena moderen yang muncul pada awal abad ke-20. Berbeda dengan di Timur Tengah di mana madrasah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran ilmu agama tingkat lanjut, sebutan madrasah di Indonesia mengacu kepada lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran agama islam tingkat rendah dan menengah. Perkembangannya diperkirakan merupakan reaksi terhadap faktor-faktor yang berkembang dari luar lembaga pendidikan yang secara tradisional sudah ada, terutama munculnya pendidikan modern Barat. Dengan kata lain, tumbuhnya madrasah di Indonesia adalah hasil tarik menarik antara pesantren sebagai lembaga pendidikan asli (tradisional) yang sudah ada di satu sisi, dengan pendidikan Barat (modern) di sisi lain.
Apabila ditelusuri masuknya agama islam di Indonesia, maka agama islam datang ke indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat, disiarkan secara damai tanpa paksaan, dalam penyiaran islam pada tahun-tahun pemulaan dilakukan oleh pemuka masyarakat yang dikenal dengan sebutan para wali. Para wali inilah yang berjasa mengembangkan agama islam, terutama di Pulau Jawa, yang dikenal dengan sebutan Wali Songo.
Para wali menyiarkan agama islam dengan cara bijaksana, kebiasaan yang hidup dan berkembang di kalangan masyarakat sepenuhnya tidak dihilangkan, bahkan adat istiadat dan kebiasaan dilindungi dan dikembangkan, disesuaikan dan diisi dengan ajaran agama islam. Karena itu maka tidak heran apabila sampai sekarang kita masih melihat adanya adat istiadat nenek moyang yang masih melekat pada umat islam. Orang-orang yang kemudian masuk islam ingin mempelajari dan mengetahui lebih lanjut tentang ajaran islam, orang ingin bisa mengerjakan shalat, bisa membaca Al Qur’an dan berdo’a. Dari sinilah mulai tumbuh pendidikan agama islam, pada mulanya mereka belajar dari rumah-rumah, di Langgar, di Masjid, dan kemudian berkembang menjadi Pondok Pesantren.
Dalam perkembangan selanjutnya lembaga pesantren ini mendapatkan perhatian para sultan, sesuai dengan kedudukan tinggi para wali di mata sultan, tidak sedikit pesantren yang mendapatkan perhatian dan bantuan dari sultan. Contohnya nama Tegalsari yang merupakan hadiah dari sultan kepada kyai atas jasa-jasanya. Pondok Pesantren Tegalsari sampai aad ke-19 merupakan Pndok terkemuka di Jawa, bahkan santrinya banyak yang berasal dari Sumatra, Kalimantan, dan dari luar Pulau lainnya.
.

D.    Pertumbuhan dan Perkembangan Madrasah
a. Dilema Kelembagaan dan Pendidikan Madrasah
Salah satu hal yang penting dan perlu disimak dalam sejarah perkembangan penyelenggaraan sekolah-sekolah agama ialah lahirnya Keppres No. 34 tahun 1974 tantang tanggungjawab fungsional pendidikan dan latihan serta Inpres No. 15 tahun 1974 tentang pelaksanaan Keppres
            Dalam realitas pendidikan Islam di tanah air, saat dibicarakan tentanglembaga pendidikan Islam, selain pesantren, maka yang segera terbayang di benak kita adalah madrasah. Institusi pendidikan ini lahir pada awal abad XXM., yang dapat dianggap sebagai periode pertumbuhan madrasah dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Memasuki abad XXM., banyak orang Islam Indonesia mulai menyadari bahwa mereka tidak akan mungkin berkompetisi dengan kekuatan-kekuatan yang menantang dari pihak kolonialisme Belanda, penetrasi Kristen, dan perjuangan untuk maju di bagian-bagian lain di Asia, apabila mereka terus melanjutkan kegiatan dengan cara-cara tradisionaldalam menggerakan Islam

 Munculnya kesadaran “kritis” di kalangan umat Islam Indonesia tersebisadilepaskan dari kiprah kaum terdidik lulusan pendidikan Mesir atau Timur Tengah yang telah banyak menyerap semangat pembaruan (modernisme) di sana. Sekembalinya ke tanah air, mereka melakukan pengembangan institusi pendidikan baru yang lazim disebut madrasah dengan menerapkan metode dan kurikulum yang juga baru. Dari sini, tidak mengherankan bila kemudian terjadi beberapa perubahan mendasar dalam dinamika Islam Indonesia yang setidaknya didorong oleh empat faktor penting, yaitu:
1.      Diberbagai tempat di dunia Islam muncul kecenderungan kuat untuk kembali ke Al-Qur’an dan Hadist nabi yang dijadikan titik tolak menilai kebiasaan agama dan kebudayaan yang ada.
2.      Gejolak dan sifat perlawanan nasional terhadap penguasa kolonial Belanda.
3.      Usaha yang kuat dari umat Islam untuk memperkokoh organisasinya di bidang sosial ekonomi, demi kepentingan mereka sendiri maupun untuk kepentingan rakyat banyak.
itu, apabila dilihat dari sudut pandang pendidikan modern Barat kolonial, kehadiran madrasah mengandung dimensi “akulturatif” karena ia merupakan manifestasi dan realisasi pembaruan sistem pendidikan Islam yang diinginkan oleh sebagian umat Islam yang tengah menganggap 4.      Pemburuan pendidikan Islam yang disebabkan karena munculnya ketidakpuasan terhadap pola tradisional.
pembaharuan Islam yang telah ada. Berdirinya madrasah adalah bagian dari kesadaran umat Islam Indonesia untuk membangun kekuatan melawan kolonialisme Belanda, penetrasi Kristen serta keinginan untuk maju sejajar dengan bangsa-bangsa lain di Asia

4.      Madrasah pada Awal Masa Kemerdekaan
Di awal kemerdekaan, tidak dengan sendirinya Madrasah dimasukan kedalam sistem pendidikan nasional. Madrasah memang terus hidup tetapi tidak memperoleh bantuan sepenuhnya dari pemerintah.madrasah dan dunia pendidikan islam pada umumnya dibiarkan hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan hidup apa adanya. Perhatian peerintah pada saat itu hanyalah sebatas dorongan moral seperti pada :
              Madrasah-madrasah itu semuanya adalah hasil usaha partikelir yang, yang mendapat pengawasan dari Departemen Agama. Madrasah-madrasah yang sudah mendapat pengakuan dari Departemen Agama menerima bantuan dari Departemen itu: dengan hitungan tiap-tiap murid pada madrasah-madrasah milik perseorangan menerima Rp. 10,- tiap tahun, sedangakan madrasah milik organisasi menerima untuk tiap-tiap murid Rp. 30,- tiap tahun (Sejak tahun 1966 bantuan berupa uang dari Departemen Agama ditiadakan).
.
.


5.      Madrasah Dewasa In
 Belakangan ini banyak sekali kritik yang dilontarkan oleh para pakar terhadap sistem dan model pendidikan kita. Di antara kritik tersebut dinyatakan oleh Profesor H. A. R Tilaar bahwa pendidikan tak mampu lagi menanamkan persatuan bangsa. Pola indroktinasi ideologi ternyata tidak berhasil karena terdapat kesenjangan antara nilai-nilai yang diinginkan dengan praktek kehidupan nilai yang diberikan para pemimpin. Contohnya, pemerintah dan pemimpin yang korup tidak bisa mengharapkan rakyat melaksanakan nilai-nilai yang baik. Padahal, kata Tilaar, pendidi
kan membutuhkan keteladanan.
             
Diperlukan suatu peninjauan kembali mengenai posisi madrasah di dalam dinamika kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Denagn kata lain, madrasah perlu merumuskan kembali posisinya atau reposisi madrasah. Apabial tidak demikian maka madrasah akan kehilangan identitasnya dan menjadi seperti sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah selama ini. Hal demikian apakah masih mempunyai dasar untuk kelanjutan hidup madrasah?
              Telah kita lihat tuntutan masyarakat Indonesia baru, antara lain demokratisasi pendidikan yang memupuk lahirnya tingkah laku peserta didik yang demokratis, hubungan yang demokratis antara guru dan peserta didik demi perkembangan berpikir yang kreatif, pendidikan agama yang membentuk nilai-nilai moral serta memperkuat iman dan taqwa, menguasai iptek, serta memupuk kerjasama dalam persaingan sebagaimana yang dituntut oleh masyarakat global.[15]




BAB III
PENUTUP



A.KESIMPULAN
              Pendidikan islam mempunyai sejarah yang panjang dan berkembang seiring dengan laju peradaban islam, kedatangan Islam mengantarkan transformasi yang sangat berarti bagi masyarakat arab. Sebelum kedatangan Islam masyarakat arab belum memiliki model pendidikan formal yang sistematis. Mereka hidup dalam suatau tatatanan yang disebut dengan Jahiliyyah. Suatu polemik yang selalu muncul diantara pemerhati sejarah pendidikan islam adalamengenai madrasah yang pertama kali muncul dalam pendidikan islam.             
 Pada awal kemerdekaan tidak dengan sendirinya Madrasah di masukkan kedalam system pendidikan Nasional. Madrasah memang terus hidup tetapi tidak memperoleh bantuan sepenuhnya dari pemerintah. Madrasah dan dunia pendidikan islam pada umumnya dibiarkan hidup meskipun dalam keadaan yang sangat sederhana dan hidup apa adanya.
              Memasuki abad ke-21, bangsa Indonesia di hadapkan pada perubahan global yang menuntut adanya system keterbukaan politik, ekonomi, dan budaya. Perubahan yang terjadi adanya  peraturan ini pada gilirannya akan mempengaruhi tata nilai kehidupan. Lembaga pendidikan diharapkan dapat berperan besar dalam mengatur irama tersebut. Kedudukan yang sentral dan direncanakan secara sistematik, lembaga pendidikan diharapkan dapat menjadi perisai bagi perkembangan budaya serta menjadi motor untuk mempercepat perubahan masyarakat.
     
DAFTAR PUSTAKA



Dr. H. Saefullah. SA. MA, Pustaka pelajar, Yogyakarta, 2010, Sejarah dan kebudayaan Islam                    di Asia Tenggara.Dr. Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jkt, 1979.
Dr. Hasan Basri, M.Ag. Ilmu Pendidikan Islam( Jilid II), Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Abdul Rochaman Shaleh, Jakarta, Rajawali Press, 2004.
[1] Suyuthi Pulungan, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 2001







1 komentar: